Sabtu, 05 November 2016

Tablet Modern



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
PERCOBAAN
TABLET MODERN
OLEH:
NAMA              : YURI ERIKA ARIFIN
NIM                   : 70100114058
GOLONGAN   : FARMASI C
KELOMPOK   : III (TIGA)
ASISTEN          : QURRATUL AENI



LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2016
BAB I
TINJAUAN UMUM ZAT AKTIF DAN SEDIAAN
A.       Gambaran pabrik
1.    Logo pabrik



2. Makna Logo
Adapun makna dari logo pabrik yang tertera di atas yaitu bertujuan untuk memberika pelayanan terhadap pasien yang dimaksudkan agar mampu menjadi agen penyalur penyembuhan yang tidak lain datang dari Allah SWT dan mampu meningkatkan atau memotivasi orang-orang yang mengalami sakit. Simbol ini juga menandakan adanya rasa saling tolong-menolong serta saling memberi terhadap sesama umat di dunia.  
3.    Sejarah pabrik
YURA FARMA adalah satu-satunya perusahaan industri farmasi di Indonesia yang didirikan oleh seorang mahasiswi jurusan Farmasi dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar . YURA FARMA adalah nama perusahaan yang bersumber tidak lain dan tidak bukan dari potongan nama lengkap asli pemilik pabrik itu sendiri yaitu Yuri Erika dan ayahnya yaitu Arifin yang berarti “arif”, pabrik ini didirikan dengan tujuan agar mampu memotivasi seluruh mahasiswa se-Indonesia bahwa umur tidak membatasi kita untuk berkarya dan menciptakan hal-hal yang baru. Meskipun dengan pengalaman seadanya namun dengan terus belajar Insya Allah kedepannya perusahaan ini juga sudah mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang telah lama berdiri di Indonesia.
Pada tanggal 7 Mei tahun 2007 pabrik ini telah resmi terdaftar menjadi salah satu perusahaan industri farmasi di Indonesia, dan sudah ada beberapa produk yang telah dicetuskan.
4. Visi dan Misi Pabrik
a. Visi pabrik
Menjadi perusahaan pelayanan utama di Indonesia yang bergaya saing internasional dan berlandaskan kepada hukum Islam.
b. Misi pabrik
1) Menyediakan produk yang halal dan jasa layanan kesehatan yang unggul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu kehidupan
2) Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham, karyawan dan pihak lain yang berkepentingan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
3) Meningkatkan kompetensi dan komitmen sumber daya manusia guna pengembangan perusahaan, serta dapat berperan aktif dalam pengembangan industri kesehatan nasional.
B.       Alasan Pemilihan Zat Aktif  dan Definisi Bentuk
1.    Alasan Pemilihan Zat Aktif
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, Asam mefenamat memiliki efek analgetikum yang merupakan salah satu efek obat golongan NSAID yang bereaksi dengan menghambat enzim siklooksigenase dimana selanjutnya terjadi penghambatan pada produksi prostaglandin dan tromboksan (Endro, 2014; 181).
2.    Definisi Bentuk Sediaan Terkait
Tablet salut selaput merupakan kompresi yang di salut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet (Ansel, 2008; 248).
Tablet bersalut lapisan tipis adalah tablet yang di salut dengan lapisan tipis atau tablet salut film yang sudah dikembangkan sebagai salah satu alternatif prosedur untuk pembuatan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam penyalutan. Komposisi penyalut lapisan tipis yang pertama digunakan adalah salah satu atau lebih polimer yang biasanya sudah mengandung bahan pembentuk plastik (Lachman, 2008; 711).
Penyalutan tablet adalah pelapisan sediaan obat (serbuk, granul, kapsul ataupun tablet) dengan suatu pelapis baik cairan maupun padatan yang umumnya bersifat inert dengan tujuan estetika dan fungsional. Tujuan estetika adalah meningkatkan segi estetika meliputi penampilan, sedangkan tujuan fungsional seperti menutupi bau dan rasa yang tidak enak, melindungi bahan obat terhadap pengaruh luar seperti stabilitas meningkat, memudahkan pasien, dan mencegah terjadinya iritasi lambung, serta memperoleh pelepasan terprogram pada obat tersebut (Hadisoewignya, 2013; 163).
Keuntungan tablet salut selaput yaitu mempercepat waktu pengolahan mampu diterapkan pada produk farmasi dalam rentang yang luas. Misalnya tablet, kapsul, granul, pelet, serbuk dan kristal zat aktif (Siregar, 2010: 321).
C. Dasar pertimbangan dan landasan hukum penggolongan obat penandaan pada wadah, etiket atau brosur.
1.    Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 663/Ph/62/b tanggal 25 Juni 1962 Tentang Penggolongan Obat Keras maka sediaan Asetamat® Tablet Salut Selaput digolongkan ke dalam obat keras sehingga kepadanya diberlakukan peraturan tentang obat keras dan juga ketentuan penandaan pada kemasan serta nomor registrasi.
2.    Penandaan Pada Wadah, Leaflet atau Brosur
Pada sediaan Asetamat® Tablet Salut Selaput berlaku aturan penandaan sebagai berikut:
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 193/Kab/B VII/71/ tanggal 21 Agustus 1971 tentang ‘Peraturan Pembungkusan dan Penandaan Obat’, SK Menkes RI No. 02396/A/SK/VIII/86 tentang ‘Tanda Khusus Obat Keras Daftar G’ Surat Edaran Dirjen POM No. 4266/AA/II/86 tanggal 26 Agustus 1986 tentang ‘Tanda Khusus Obat keras daftar G’, maka penandaan khusus obat keras pada wadah, leaflet atau brosur untuk sediaan Asetamat® Tablet Salut Selaput harus sama atau mendekati contoh tanda khusus dibawah ini:

Syarat:
1.        Logo berwarna merah dengan hurud “K” di bagian tengah.
2.        Tebal garis tepi berwarna hitam dengan ukuran 1 mm.
3.        Ukuran diameter lingkaran terluar minimal 1 cm.
Disertai dengan kalimat :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
 


C.       Nomor Registrasi dan Nomor Bets
1.    Nomor Registrasi
Nomor registrasi sediaan Asetamat® Tablet salut selaput adalah DKL 1617711717A1
Keterangan:
D

K


L
16

177
117
:

:


:

:
:
:
Menandakan nama obat jadi, dimana D menunjukkan bahwa obat termasuk dalam obat dagang.
Menandakan penggolongan obat yang dibuat, dimana B menunjukkan bahwa obat yang dibuat termasuk dalam golongan obat bebas.
Menandakan periode pendaftaran obat jadi, dimana L menunjukkan bahwa obat diproduksi di dalam negeri (lokal).
Menandakan periode pendaftaran obat jadi, dimana 16 menunjukkan bahwa obat dibuat pada tahun 2016.
Menandakan nomor urut pabrik.
Menandakan nomor urut jadi yang telah disetujui oleh pabrik.
17

A

1
:

:

:
Menandakan kekuatan sediaan obat jadi,  dimana 17 menunjukkan bahwa obat jadi yang dibuat dalam bentuk salut selaput.
Menandakan sediaan obat jadi, dimana A menunjukkan bahwa obat yang dibuat merupakan obat pertama yang disetujui.
Menandakan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, dimana 1 menunjukkan bahwa obat merupakan kemasan pertama yang telah dibuat.
Sediaan Asetamat® Tablet salut selaput dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
2.    Nomor Bets
Sediaan Asetamat® Tablet salut selaput memiliki nomor bets 04160101
Keterangan:
04

16

01

01
:

:

:

:
Menandakan bulan pembuatan obat jadi, dimana 04 berarti bahwa obat dibuat pada bulan April.
Menandakan tahun pembuatan obat jadi, dimana 16 berarti bahwa obat yang dibuat pada tahun 2016.
Menandakan bentuk sediaan obat jadi, dimana 01 berarti bahwa obat yang dibuat dalam bentuk tablet salut selaput.
Menandakan nomor urut obat jadi yang telah disetujui oleh pabrik.







BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI
A.       Nama Obat dan Sinonim
            Nama zat aktif adalah asam mefenamat mempunyai sinonim mefenamic acid, ponstan, benostan, asam mefenamat, asam N-2, 3 xililantrannila. Nama kimia asama mefenamat yaitu 2-[(2’3-dimethylphenyl)amino]benzoic acid (Sweetman, 2009; 80). Secara farmakologi, asam mefenamat termasuk dalam golongan analgesik dan antipiretik. Secara kimia, termasuk dalam golongan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) sebagai derivat fenamat yang bekerja menghambat enzim siklooksigenase kemudian selanjutnya menghambat produksi prostaglandin dan tromboksan (Endro, 2014; 181).
B.       Bentuk Senyawa Zat Aktif
Bentuk senyawa aktif yang digunakan adalah  derivat fenamat yaitu asam mefenamat. Bentuk tersebut dipakai karena memiliki efek sebagai analgesik dan antipiretik (Bannwarth, 2016; 7).
C.       Mekanisme Kerja Obat
Mekanisme kerja asam mefenamat sebagai salah satu golongan NSAID  yaitu dengan membloking aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase yang berperan dalam proses produksi substansi kima salah satunya prostaglandin. Prostaglandin diproduksi dalam merespon adanya luka atau penyakit lain yang mengakibatkan rasa nyeri, bengkak, dan radang. Prostaglandin sebenarnya bukan sebagai mediator radang lebih tepatnya sebagai medulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, prostaglandin bekerja lemah berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau subtansi yang dibebaskan secara lokal, autokoid seperti histamin, serotonin, prostaglandin lain dan laukotrien. Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun prostaglandin merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal. Salait prostaglandin dan alur siklooksigenase, juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2  berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet (Sweetman, 2009; 96).
D.      Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)
1.    Absorpsi
            Asam mefenamat diabsorbsi dari saluran pencernaan. Konsentrasi plasma puncak terjadi sekitar 2-4 jam setelah di konsumsi. Waktu paruh plasma sekitar 2-4 jam. Lebih dari 90% asam mefenamat terikat pada protein plasma yang didistribusikan ke dalam ASI (Sweetman, 2009; 80).
2.    Distribusi
            Lebih dari 90% asam mefenamat terikat pada protein plasma yang didistribusikan ke dalam ASI (Sweetman, 2009; 80).
3.    Metabolisme
            Asam mefenamat di metabolisme oleh sitokrom P450 isoenzim CYP269 yang kemudian dioksidasi menjadi 3-karboksi asam mefenamat (Sweetman, 2009; 80).
4.    Ekskresi
            Melalui urin (sekitar 52%) obat tidak berubah dan dalam bentuk metabolit; pada feses (sekitar 20%). Dengan waktu paruh eliminasi sekitar 2-4 jam (MIMS. 2015).

E.       Indikasi dan Kontraindikasi
1.    Indikasi
Demam dan nyeri untuk anak; nyeri dan radang pada reumatik (termasuk junvinile arthritis) dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan hingga termasuk dismenore, dan analgesik pasca beda (Yulinah, 2009; 581).
2.    Kontraindikasi
Asam mefenamat kontaraindikasi terhadap pasien yang mengalami tukak lambung aktif, pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal dan atau AINS lainnya termasuk pasien yang terkena serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitasnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya (Yulinah, 2009; 581).
F.       Dosis dan Aturan Pakai
1.    Dosis
Indikasi
Pasien
Dosis (Untuk bentuk sediaan terkait)
Analgesik dan Antipiretik
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun
500 mg x 3 sehari. Dosis awal 500 mg diikuti dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.
2.    Aturan Pakai
Penggunaan Asetamat® tablet salut selaput diberikan 1 tablet, 3 kali sehari dengan cara memasukkan 1 tablet dalam setengah gelas air, dalam posisi duduk atau berdiri (MIMS. 2015).

G.      Efek Samping dan Toksisitas Obat
1.    Efek Samping
Efek Samping yang dapat muncul selama penggunaan paracetamol antara lain:
a.         Efek samping yang sering terjadi
Efek samping yang umumnya terjadi yaitu mengantuk dan pada darah trombositopenia.
b.        Efek samping yang jarang terjadi
            Pada darah yaitu dapat menyebabkan anemia hemolitik dan aplastik.
2.    Toksisitas
Toksisitas asam mefenamat akan muncul setelah penggunaan selama 7 hari berturut-turut (Sulistia, 1995; 85).
H.      Interaksi Obat
Interaksi yang melibatkan NSAIDs termasuk peningkatan efek antikoagulan oral (khususnya azoprozazone dan fenilbutazon) dan peningkata plasma pada konsentrasi lithium, methotrexate, dan glikosida jantung. Resiko nefrotoksitas dapat meningkat jika diberi dengan inhibitor ACE, sikloprin, tacrolimus, atau diuretik. Efek pada fungsi ginjal mungkin menyebabkan berkurangnya ekskresi pada beberapa obat. Penggunaan lebih dari satu NSAID secara bersama-sama (termasuk aspirin) harus dihindari karena peningkatan resiko dengan dampak yang buruk. Resiko pendarahan saluran cerna bila digunakan dengan kortikosteroid, SSRI, anti platelet, SNRI venlafaxine, dan tiklopidin, iloprost, erlotinib, sibutramin, atau mungkin alkohol bifosfonat atau pentoxifylline. Peningkatan resiko hemetotoksik jika AZT digunakan dengan NSAID (Sweetman, 2009; 99).
Dengan obat lain : (Bakti Husada, 2016).
a.    Obat yang terikat dengan protein plasma


b.    Obat antikoagulan dan antitrombosis




c.    Lithium


d.   Obat lain yang juga memeiliki efek samping pada lambung
:



:





:


:
Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh :hidantoin, sulfonilurea).
Sedikit memperpanjang waktu prothrombin dan waktu thromboplastin parsial. Jika pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Meningkatkan toksisitas lithium dengan menurunkan eliminasi litium di ginjal.
Kemungkinan dapat meningkatkan efek samping terhadap lambung.





I.         Penggunaan Pada Kondisi Khusus, Peringatan dan Perhatian
1.      Penggunaan pada kondisi khusus
a.         Gangguan fungsi hati dan ginjal, serata payah jantung
Dibutuhkan kehati-hatian sebab penggunaan NSAID dapat menyebabkan buruknya fungsi ginjal. Sehingga penggunaan dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus di kontrol.
b.        Penderita asma
Setiap perburukan yang terjadi mungkin berhubungan dengan penggunaan NSAID, baik yang diresepkan (seperti ibuprofen) maupun yang di beli secara bebas (Yulinah, 2009; 581).
2.      Peringatan dan perhatian
Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, pada penderita alergi dan pada penderita gangguan koagulasi (Yulinah, 2009; 581).
J.        Cara Penyimpanan dan Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran.
1.    Cara Penyimpanan:
Harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik dan terlindung dari cahaya (Dijen POM , 2014; 95 dan Sweetman, 2009; 80).
2.    Contoh Sediaan: Ponstel, analspec, asimat, benostan, cetalmic, corstanal, dollos, dystan, dolod, dolodon, fargetix, gitaramin, licostan, lapistan, mefast,mefix, mefinter, molasic, mectan, molasic, nichostan, opistan, pehastan, pencofen, postan, ponalar, peconfen, pondex, ponstelax, solasic, stanalin, stelpon, dan top gesik (MIMS, 2015).


K.       Kesimpulan
Berdasarkan data farmakologi di atas, maka bentuk sediaan aktif yang dipilih
karena dalam Farmakope Indonesia Edisi III, Asam mefenamat memiliki efek analgetikum yang merupakan salah satu efek obat golongan NSAID yang bereaksi dengan menghambat enzim siklooksigenase dimana selanjutnya terjadi penghambatan pada produksi prostaglandin dan tromboksan.
Mekanisme kerja asam mefenamat sebagai salah satu golongan NSAID  yaitu dengan membloking aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase yang berperan dalam proses produksi substansi kima salah satunya prostaglandin. Prostaglandin diproduksi dalam merespon adanya luka atau penyakit lain yang mengakibatkan rasa nyeri, bengkak, dan radang. Prostaglandin sebenarnya bukan sebagai mediator radang lebih tepatnya sebagai medulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, prostaglandin bekerja lemah berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau subtansi yang dibebaskan secara lokal, autokoid seperti histamin, serotonin, prostaglandin lain dan laukotrien. Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun prostaglandin merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal. Salait prostaglandin dan alur siklooksigenase, juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2  berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet.
Interaksi yang melibatkan NSAIDs termasuk peningkatan efek antikoagulan oral (khususnya azoprozazone dan fenilbutazon) dan peningkata plasma pada konsentrasi lithium, methotrexate, dan glikosida jantung. Resiko nefrotoksitas dapat meningkat jika diberi dengan inhibitor ACE, sikloprin, tacrolimus, atau diuretik. Efek pada fungsi ginjal mungkin menyebabkan berkurangnya ekskresi pada beberapa obat. Penggunaan lebih dari satu NSAID secara bersama-sama (termasuk aspirin) harus dihindari karena peningkatan resiko dengan dampak yang buruk. Resiko pendarahan saluran cerna bila digunakan dengan kortikosteroid, SSRI, anti platelet, SNRI venlafaxine, dan tiklopidin, iloprost, erlotinib, sibutramin, atau mungkin alkohol bifosfonat atau pentoxifylline. Peningkatan resiko hemetotoksik jika AZT digunakan dengan NSAID.
Adapun indikasi zat aktif yaitu demam dan nyeri untuk anak; nyeri dan radang pada reumatik (termasuk junvinile arthritis) dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan hingga termasuk dismenore, dan analgesik pasca beda.
Asam mefenamat kontaraindikasi terhadap pasien yang mengalami tukak lambung aktif, pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal dan atau AINS lainnya termasuk pasien yang terkena serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitasnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya.
Peringatan dan perhatian dari zat aktif yaitu dibutuhkan kehati-hatian sebab penggunaan NSAID dapat menyebabkan buruknya fungsi ginjal. Sehingga penggunaan dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus di kontrol. Setiap perburukan yang terjadi mungkin berhubungan dengan penggunaan NSAID, baik yang diresepkan (seperti ibuprofen) maupun yang di beli secara bebas. Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, pada penderita alergi dan pada penderita gangguan koagulasi.
Dosis dari asam mefenamat yaitu 500 mg x 3 sehari. Dosis awal 500 mg diikuti dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.Paracetamol tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan hidrogen dan beberapa antasida.
Fungsi utama dari zat aktif asam mefenamat yaitu sebagai analgetikum dan atipiretik yang harus di simpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.









BAB III
ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN FORMULA

A.       Pendekatan Formulasi
Tablet bersalut lapisan tipis adalah tablet yang di salut dengan lapisan tipis atau tablet salut film yang sudah dikembangkan sebagai salah satu alternatif prosedur untuk pembuatan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam penyalutan. Komposisi penyalut lapisan tipis yang pertama digunakan adalah salah satu atau lebih polimer yang biasanya sudah mengandung bahan pembentuk plastik (Lachman, 2008; 711).
Penyalutan tablet adalah pelapisan sediaan obat (serbuk, granul, kapsul ataupun tablet) dengan suatu pelapis baik cairan maupun padatan yang umumnya bersifat inert dengan tujuan estetika dan fungsional. Tujuan estetika adalah meningkatkan segi estetika meliputi penampilan, sedangkan tujuan fungsional seperti menutupi bau dan rasa yang tidak enak, melindungi bahan obat terhadap pengaruh luar seperti stabilitas meningkat, memudahkan pasien, dan mencegah terjadinya iritasi lambung, serta memperoleh pelepasan terprogram pada obat tersebut (Hadisoewignya, 2013; 163).
Keuntungan tablet salut selaput yaitu mempercepat waktu pengolahan  sehingga mampu diterapkan pada produk farmasi dalam rentang yang luas. Misalnya tablet kapsul, granul, pelet, serbuk dan kristal zat aktif (Siregar, 2010; 321).
B.       Formula Umum
Komposisi:      Tiap 1000 mg Asetama® tablet salut selaput mengandung:
a.       Asam mefenamat                          400 mg
b.      Talk                                               5%
c.       Amilum solani                               3%
d.      Hidroksipropil metilselulosa         5%
e.       Avicel 101                                     20%
f.       Laktosa monohidrat add               500 mg
g.      PEG 400                                       10%
h.      Aquadest   add                              100%

C.       Pengembangan Formula
1.    Rancangan Formula
Nama Produk             : ASETAMAT® Tablet Salut Selaput
Jumlah Produk            : 150 tablet @500 mg
Tanggal Formulasi      : 11 April 2016
Tanggal Produksi        : 11 Oktober 2017
No. Registrasi             : DKL 1617711717A1
No. Bets                     : 04161143
Komposisi                   : Tiap 1000 mg mengandung:
a.    Asam mefenamat                          400 mg
b.    Talk                                               5%
c.    Amilum solani                               3%
d.   Hidroksipropil metilselulosa         5%
e.    Avicel 101                                    20%
f.     Laktosa monohidrat add              500 mg
g.    PEG 400                                       10%
h.    Aquadest add                              100%










2.    Master Formula
Nama Pabrik
Tanggal Formula
Tanggal Produksi
Dibuat
Oleh
Disetujui
Oleh
PT. YURA FARMA
11 April 2016
11 Oktober 2017
YURI ERIKA ARIFIN
QURRATUL AENI
Kode Bahan
Nama Bahan
Kegunaan
/ Dosis
/ Bets
01-AM
Asam mefenamat
Zat Aktif
500 mg
45.000 mg
02-TK
Talk
Pelincir
  25 mg
  3.750 mg
03-AS
Amilum solani
Penghancur
  15 mg
  2.250 mg
04-HM
Hidroksipropil metilselulosa
Penyalut
  25 mg
  3.750 mg
05-AV
Avicel 101
Pengikat
100 mg
15.000 mg
06-LM
Laktosa monohidrat
Pengisi
35 mg
  5.250 mg
Kode Bahan
Nama Bahan
Kegunaan
/ Tablet
/ Bets
04-HM
Hidroksipropil metilselulosa
Polimer
25 mg
    3.750 mg
07-PEG
PEG 400
Pelicin
  3,75 mg
    5.625 mg
08-AQ
Aquadest
Pengisi
71,25 ml
106.875 ml

3.    Uraian Bahan
a.    Asam Mefenamat     (Sweetman, 2009; 80 dan Dirjen POM, 2014; 95)
Nama Resmi
Nama Lain

Nama Kimia
Rumus Molekul
Rumus Struktur


Berat Molekul
Pemerian


Kelarutan



Stabilitas

Farmakologi






















Mekanisme kerja


























Kontraindikasi







Dosis




Interaksi obat


















Peringatan dan perhatian











Efek Samping




Penyimpanan

Kegunaan
:
:

:
:
:


:
:


:



:

:






















:


























:







:




:


















:












:




:

:
ACIDUM MEFENAMICUM
Asam mefenamat. Benostan, Mefinal, Ponstan, Asam N-2,3 xililantranillat .
2-[(2’3-dimethylphenyl)amino]benzoic acid
C15H15O2



241,29
Serbuk hablur; putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih < 2300 disertai peruraian
Larut dalam alrutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanlol dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air.
Stabil pada suhu penyimpanan 23-290 C dengan kelembaban 58-67%.
Farmakodinamik: Menghambat sintesis prostaglandin sedangkan kerja utama obat anti radang glukokortikoid yaitu menghambat pembebasan asam arakidonat. Asam mefenamat bekerja menghambat aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase, yang berperan pada beberapa produksi substansi kimia dalam tubuh, salah satunya adalah prodtaglandin. Obat ini bereaksi dengan menghambat enzim tersebut yang kemudian menghambat prostaglandin dan tromboksan (Endro, 2014; 181).
Farmakokinetik. Asam mefenamat diabsorpsi dari saluran pencernaan. Konsentrasi plasma puncak terjadi sekitar 2-4 jam setelah dikomsumsi. Waktu paruh plasma terjadi sekitar 2-4 jam. Lebih dari 90%asam mefenamat terikat pada protein plasma yang didistribusikan ke dalam ASI. Asam mefenamat di metabolisme oleh sitokrom P450 Isoenzim CYP250 yang kemudian dioksidasi menjadi 3-karboksi asam mefenamat (Sweetman, 2009; 80).
Mekanisme kerja asam mefenamat sebagai salah satu golongan NSAID  yaitu dengan membloking aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase yang berperan dalam proses produksi substansi kima salah satunya prostaglandin. Prostaglandin diproduksi dalam merespon adanya luka atau penyakit lain yang mengakibatkan rasa nyeri, bengkak, dan radang. Prostaglandin sebenarnya bukan sebagai mediator radang lebih tepatnya sebagai medulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, prostaglandin bekerja lemah berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau subtansi yang dibebaskan secara lokal, autokoid seperti histamin, serotonin, prostaglandin lain dan laukotrien. Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun prostaglandin merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal. Salait prostaglandin dan alur siklooksigenase, juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2  berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet (Sweetman, 2009; 96).
Asam mefenamat kontaraindikasi terhadap pasien yang mengalami tukak lambung aktif, pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal dan atau AINS lainnya termasuk pasien yang terkena serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitasnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya (Yulinah, 2009; 581).
500 mg x 3 sehari. Dosis awal 500 mg diikuti dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.Paracetamol tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan hidrogen dan beberapa antasida.
Interaksi yang melibatkan NSAIDs termasuk peningkatan efek antikoagulan oral (khususnya azoprozazone dan fenilbutazon) dan peningkata plasma pada konsentrasi lithium, methotrexate, dan glikosida jantung. Resiko nefrotoksitas dapat meningkat jika diberi dengan inhibitor ACE, sikloprin, tacrolimus, atau diuretik. Efek pada fungsi ginjal mungkin menyebabkan berkurangnya ekskresi pada beberapa obat. Penggunaan lebih dari satu NSAID secara bersama-sama (termasuk aspirin) harus dihindari karena peningkatan resiko dengan dampak yang buruk. Resiko pendarahan saluran cerna bila digunakan dengan kortikosteroid, SSRI, anti platelet, SNRI venlafaxine, dan tiklopidin, iloprost, erlotinib, sibutramin, atau mungkin alkohol bifosfonat atau pentoxifylline. Peningkatan resiko hemetotoksik jika AZT digunakan dengan NSAID (Sweetman, 2009; 99).
1.    Dibutuhkan kehati-hatian sebab penggunaan NSAID dapat menyebabkan buruknya fungsi ginjal. Sehingga penggunaan dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus di kontrol.
2.    Setiap perburukan yang terjadi mungkin berhubungan dengan penggunaan NSAID, baik yang diresepkan (seperti ibuprofen) maupun yang di beli secara bebas.
3.    Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, pada penderita alergi dan pada penderita gangguan koagulasi (Yulinah, 2009; 581).
Pengobatan harus dihentikan jika terjadi diare dan ruam. Efek lainnya seperti mengantu, pada darah seperti anemia hemolitik dan aplastik. Kejang dapat terjadi jika overdosis (Sweetman, 2009; 80).
Dalam wadah tertutup rapat, dan tidak tembus cahaya.
Zat akti atau analgesik dan antipiretik.

b.    Amilum Solani         (Rowe, 2009; 181)
Nama Resmi
Nama Lain




Nama Kimia

Rumus Molekul

Rumus Struktur



Berat Molekul
Pemerian



Kelarutan


Range
Penyimpanan


Inkompatibilitas






Kegunaan
:
:




:

:

:



:
:



:


:
:


:






:
ACIDUM CITRICUM MONOHYDRICUM
E330, 2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylic acid monohydrate, acidum citricum monohydricum, 2 hydroxy-1,2,3-propane tricarbolylic acid monohydrate, CH2(COOH)C(OH)(COOH)CH2COOH.H2O
2-Hydroxy-1,2,3-Propanetricarboxylic acid monohydrate,
C6H8O7.H2O





210,14
Tidak berwarna, kristal berair atau kristal putih, serbuk pengembang. Tidak berasa dan memiliki rasa asam yang kuat. Struktur kristal amorf.
Larut dalam 1:1,5 bagian  etanol (95%) dan kurang dari satu bagian air, agak sukar laut dalam ether.
0,3-2%
Serbuk monohidrat atau anhidrat sebaiknya disimpan pada ruang dengan udara dingin, tempat kering.
Asam sitrat inkom dengan natrium tartrat, basa dan basa bumi karbonat dan bikarbonat, asetat, dan sulfida. Inkom juga dengan agen oksidator,basa pengurang agen, dan nitrat. Dapat meledak dengan kombinasi metal nitrat. Sukrosa berbentuk kristal pada sirup dengan adanya asam sitrat.
Zat penghancur.



c.    Talk                           (Rowe, 2009; 728-729)
Nama Resmi
:
TALCUM
Nama Lain





:
Bedak, Spektan powder, Melk zuiker, Talkum, Altalc, E553b, Hydrous magnesium calcium silicate, Hydrous magnesium Silicate, Imperial, Magnesium hydrogen metasilicate, Magsil Osmanthus, Magsil star, Powdered talc, Soapstone, Steatite, Superior.
Nama Kimia
:
Talc [14807-96-6]
Berat Molekul
:
667 g/mol
Rumus Struktur
:



Rumus Molekul
:
Mg6(Si2O5)4(OH)4
Range
:
15-35%
Pemerian
:
Putih hingga putih keabu-abuan, tidak berbau, serbuk kristal, mudah melekat pada kulit dan bebas butiran
Kelarutan
:
Praktis tidak larut dalam asam lemah dan alkalis, pelarut organic dan air
Stabilitas
:
Talk merupakan materil stabil dan biasa disterilkan pada suhu 160  tidak kurang dari 1 jam
Inkompatibilitas
:
Inkompatibel dengan campuran amoniak
Kegunaan
:
Zat pelincir
Penyimpanan
:
Simpan pada wadah tertutup baik




d.      Laktosa                     (Rowe, 2009: 359)
Nama Resmi               : LACTOSUM
Nama Lain                  : Laktosa, saccharum lactis, pharmatose tablettose, granulac, laktosum, prismalac.
Rumus molekul           :  C12H22O11
Berat molekul             :  342,30
Rumus bangun            :



Pemerian                     :    Serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, rasa sedikit manis
Kelarutan                    :    Mudah larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam metanol, tidak mudah larut dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik
Range                         :    4,0-4,5%
Kegunaan                   :    Sebagai zat pengisi
Stabilitas                     :    Dapat berubah warna menjadi kecoklatan pada penyimpanannya.
Inkompatilitas             :    Tidak cocok dengan asam amino, aminofilin, dan amfetamin

e.    PEG 400                 (Rowe, 2009; 517)
Nama Resmi
Nama Lain

Nama Kimia
Rumus Molekul
Berat Molekul
Rumus Struktur


Pemerian




Kelarutan
Range
Penyimpanan
Inkompatibilitas

Stabilitas


pH
Kegunaan
:
:

:
:
:
:


:




:
:
:
:

:


:
:
POLYETILEN GLIKOL 400
Carbonax, polietilenglikol, PEG, lipoxol, makrogola, dan pliriol E.
α-Hydro-ω-hydroxypoly(oxy-1,2-ethanediyl)
HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH
7.000-9.000


Berwarna putih atau tidak berwarna dan jarak konsistensi dari pelekat ke bahan lilin mengelupas. Bau manis. Tingkat PEG 6000 ke atas bias sebagai serbuk giling aliran  bebas.
Larut dalam air
10-35%
Dalam wadah tertutup baik.
Polietilen glikol cair maupun padat mungkin inkompatibel dengan beberapa agen pewarna.
Secara kimia stabil di udara dan dalam larutan meskipun nilai dengan berat molekul kurang dari 2.000 yang higroskopis
4,0-7,0
Zat pemplastis

f.       Avicel PH 101          (Rowe, 2009; 129-132)
Nama Resmi
Nama Lain

Nama Kimia
Rumus Molekul

Rumus Struktur



Berat Molekul
Pemerian

Kelarutan

Range
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Stabilitas
pH
Kegunaan
:
:

:
:

:



:
:

:

:
:
:
:
:
:
MYCROCRYSTALLINE CELLULOSE
Avicel, Mikrokristalin selulosa, cellet, gel selulosa, hellulosum mikrokristalin
Selulosa
(C6H10O5)n
 





36000
Tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri dari partikel-partikel penyerap.
Praktis tidak larut dalam air, alcohol, aseton, kolven, dan cairan asam.
20-90%
Dalam wadah tertutup baik
Dengan agen pengoksidasi kuat
Stabil dengan material yang higroskopik
5,0-7,5
Zat penghancur.

g.      HPMC                      (Rowe, 2009; 317-318)
Nama Resmi

Nama Lain

Nama Kimia
Rumus Molekul
Rumus Struktur



Berat Molekul
Pemerian

Kelarutan
Range
pH
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Kegunaan
:

:

:
:
:



:
:

:

:
:
:
:
HYDROXYPROPILMETHYL CELLULOSA
Hydromallosa, HPMC, Hidroksipropil metal selulosa, cellulose, dan Oxypropylated
Selulosa, 2-hidroxipropil eter
CH3CH(OH)CH2
50000-1250000




Warna putih atau krem, tidak berbau, bentuk serbuk granul, tidak berasa
Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam air panas
15-35%
5,0-8,5
Agen pengoksidasi
Dalam wadah tertutup baik
Sebagai polimer
h.      Aquadest                  (Dirjen POM, 1979; 96)
Nama Resmi
Nama Lain

Rumus Molekul
Rumus Struktur

Berat Molekul
Pemerian

Penyimpanan
Kegunaan
:
:

:
:

:
:

:
:
AQUADESTILLATA
Aquadest, air suling, aquadem, aqua pro injeksi
CH3CH(OH)CH2
     O
H       H
18,02
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Dalam wadah tertutup baik
Sebagai zat pelarut

D.      Perhitungan dan Penimbangan
1.    Perhitungan Bahan
a.         Per tablet (150 tablet @ 500 mg)
1)   Fase dalam terdiri :
a)    Asam mefenamat           500 mg
b)   Amilum solani 1 %        =  x 500 mg           
= 5 mg
c)    Avicel 101         20 %    = x 500 mg           
= 100 mg
d)   HPMC               5 %      =  x 500 mg           
= 25 mg
e)    Laktosa add 500 mg      = 500 – (300+5+100+25+10+25) mg
                                                     = 500 – 465 mg
                                                     = 35 mg

2)   Fase luar terdiri :
a)    Amilum solani 2 %        =  x 500 mg           
                                            = 10 mg
b)   Talk 5 %                         =  x 500 mg
                                   = 25 mg
b.      Per bets
1)   Fase dalam terdiri :
a)    Asam mefenamat           = 300 mg x 150 tablet
                                            = 45.000 mg
b)   Amilum solani 1 %        = 5 mg x 150 tablet
                                            = 750 mg
c)    Avicel 101 20 %            = 100 mg x 150 tablet
                                            = 15.000 mg
d)   HPMC 5 %                    = 25 mg x 150 tablet
                                            = 3.750 mg
e)    Laktosa add 500 mg      = 35 mg x 150 tablet
                                    = 5.250 mg
2)   Fase luar terdiri :
a)    Amilum solani 2 %        = 10 mg x 150 tablet
                                    = 1.500 mg
b)   Talk 5 %                         = 25 mg x 150 tablet
                                    = 3.750 mg
2.    Perhitungan penyalut
a.         Per tablet
1)   HPMC 5 %                              = 25 mg
2)   PEG 400 15 %                                    =  x 25 mg             
                                    = 3,75 mg
3)   Aquadest add 10 ml                = 100 – (25+3,75) mg
                                    = 71,25 ml
b.        Per bets
1)   HPMC                                     = 25 mg x 150 tablet
                                               = 3.750 mg
2)   PEG 400 15 %                        = 3,75 x 150 tablet
                                               = 5.625 mg
3)   Aquadest add 100 ml              = 71,25 x 150 tablet
                                               = 106.875 ml

E.       Ruangan Produksi
Memilih lokasi bangunan hendaklah diperhatikan apakah ada sumber
pencemaran yang berasal dari lingkungan. Sebaiknya dipilih lokasi di mana tidak ada risiko pencemaran lingkungan. Bila karena perubahan struktur tanah, atau perencanaan kota, lingkungan pabrik tidak dapat dihindarkan dari pencemaran hendaklah diambil tindakan sebagai berikut:
Lingkungan
Bentuk Cemaran
Tindakan Pencegahan
Udara
Berbagai jenis debu,
misalnya debu jalan, debu dari industri lain dan partikel pestisida.
Melengkapi sistem ventilasi dengan saringan udara awal dan saringan udara akhir yang masing-masingnya mempunyai efisiensi 30-40% dan 90-95%.
Tanah
Bekas timbunan sampah dan bahan kimia
Konstruksi bangunan yang kokoh dan kedap air sesuai dengan peraturan bangunan
yang berlaku; Bebas dari rembesan air,
serangga, binatang pengerat serta dari kontaminan lain; dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang efektif untuk
mencegah banjir.
Air Tanah
Bekas timbunan bahan
kimia; Air sadah atau air yang mengandung zat koloid; mikroba patogen
Semua bekas timbunan bahan harus digali dan dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, bekas penimbunan hendaklah dinetralisasi (misalnya dengan kapur tohor); Pelunakan air; Sedimentasi dan penyaringan; Disinfeksi misalnya dengan klorinasi.
Konstruksi bangunan hendaklah memenuhi syarat dan peraturan yang berlakuuntuk bangunan. Hendaklah diadakan sarana perlindungan seperlunya terhadap:
Lingkungan
Tindakan Pencegahan antara lain dengan
Cuaca
a.    Memberikan cat tahan cuaca pada tembok;
b.    Memasang alat penyerap kelembaban udara
secara pendinginan atau secara penyerapan oleh
bahan kimia yang higroskopis.
Banjir
a.   Mendesain letak bangunan dibuat lebih tinggi
daripada permukaan air banjir;
b.     Memasang saluran pembuangan air yang efektif.
Rembesan air
a.   Memasang saluran pembuangan air yang  efektif;
b.    Membuat pondasi dan lantai bangunan yang tahan rembesan air sesuai dengan teknik bangunan yang berlaku.
Masuk dan bersarang
binatang kecil, tikus,
burung, serangga dan
hewan lain
a.   Memasang kawat kasa dan/atau tirai plastik;
b.     Melaksanakan pest control. Lihat Contoh Protap Pengendalian Hama Terpadu, Lampiran 5.19.
Masuk benda dan
pengotor lain
Memasang saringan udara kasar/kasa pada jalur
masuk ke Sistem Tata Udara.
1.        Desain dan Tata Letak Ruang
a.     Susunan Blok Bangunan Pabrik        




b.    Konsep Alur Barang dan Personil
c.     Tata Letak Ruang Produksi Steril dengan Proses Aseptis










1)   Tata Letak Ruang Produksi Steril dengan Proses Sterilisasi Akhir
            Rancang-bangun hendaklah dibuat sedemikian rupa sehingga sarana untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan daerah luar dikelompokkan. Kegiatan yang berhubungan langsung dengan daerah luar antara lain adalah:
a)        Penerimaan bahan awal
b)        Masuk-keluar personil
c)        Pemakaian seragam kerja
d)       Mandi, cuci tangan dan buang air, dan
e)        Penyerahan produk jadi untuk distribusi.
Rancangan di atas perlu ditekankan agar tidak berdampak negatif terhadap
kegiatan produksi yang dilakukan di area dengan kelas kebersihan lebih tinggi.
1)        Letak ruang hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi
bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasidan pengawasan serta untuk menghindarkan ketidakteraturan. Peralatan produksi, barang dan fasilitas lain yang akan ditempatkan serta lalu-lintas barang dan orang hendaklah digambarkan dengan benar pada tata letak ruangsesuai dengan ukuran yang direncanakan. Untuk mencegah penggunaan daerah produksi sebagai lalu-lintas umum bagi personil atau barang/bahan hendaklah disediakan koridor agar ruang produksidapat dicapai tanpa melalui ruang produksi lain. Untuk mencegah ruang pengolahan digunakan sebagai tempat penyimpanan hendaklah disediakan ruang penyimpanan terpisah yang memadai.
2)        Tindakan pencegahan dapat dilakukan misal dengan penggunaan kontrol aksesdan/atau prosedur yang sesuai.
3)        Desain Ruangan
Jenis Bahan Bangunan
Permukaan
Dalam
Jenis Bangunan
Keterangan
Sesuai Untuk
Lantai
Beton padat dengan hardener

Bersifat menahan debu dan tidak tahan terhadap tumpahan larutan bahan kimia.
Digunakan hanya di
daerah gudang.

Beton dilapisi lembaran vinil
Ketahanan terhadap bahan kimia terbatas; Sambungan dilas agar kedap air; Mudah tergores.
Kantor, koridor dan laboratorium

Beton dilapisi Epoksi atau poliuretan
Menahan pertumbuhan bakteri; Mudah tergores
Ruang produksi
khusus daerah steril dan kelas E
Granit tidak berpori
Memerlukan penutupan celah
Daerah produksi
kelas E
Ubin keramik
Tahan terhadap bahan kimia dan goresan; Mudah diperbaiki; Memerlukan penutupan celah; Sambungan sukar dibersihkan; Keras dan tangguh; Licin bila basah.
Daerah pengemasan
kelas F dan gudang tergantung jenis dan alat yang digunakan




Dinding
Bata atau blok beton padat yang permukaannya di plester halus dan dicat dengan poliakrilik, atau
poliuretan, atau epoksi atau panel logam yang
dicat dengan
powder coating,
anodized aluminium, atau
baja tahan karat.
Mudah retak bila
pengerjaannya kurang baik; Menimbulkan debu bila dibongkar
untuk perbaikan atau
renovasi; Tidak melepaskan partikel; Umumnya tidak
memerlukan perawatan; Cukup tangguh; Sukar diperbaiki bila kena benturan; Rongga pada sambungan ditutup misalnya dengan
bahan karet silikon yang fleksibel.
Daerah produksi kelas E dan steril



Langit-Langit
Beton yang dicat
dengan bahan
poliakrilik, enamel polimer tinggi atau epoksi.
Sukar untuk memodifikasi saluran listrik dan saluran udara; Dirancang untuk menahan beban berat; Ruangan di atasnya dapat digunakan untuk penempatan saluran udara dan layanan lain.
Daerah steril, daerah pengo-lahan dan pengisian aseptik.

Gypsum dilapisi cat poliakrilik
Membutuhkan baja penopang; Tidak dapat menahan beban berat; Sambungan perlu ditutup dengan karet silikon untuk pencegahan pencemaran dari ruang di atasnya; Tidak cocok untuk ruangan pengolahan steril yang  mempersyaratkan permukaan monolitik.
Daerah produksi
kelas E

Panel logam yang
dicat dengan powder coating,
anodized aluminium, atau
baja tahan karat
Tidak melepaskan partikel; Umumnya tidak memerlukan perawatan; Cukup tangguh; Sukar diperbaiki bila kena benturan; Rongga pada sambungan ditutup misalnya dengan bahan karet silikon yang fleksibel; Mudah dan rapih untuk pemasangan outlet supply udara dan lam.
Daerah steril

F.       Prosedur Pembuatan Sediaan
1.    Evaluasi Granul
a.    Analisis Ukuran Partikel
Alat yang digunakan yaitu susunan ayakan berbagai nomor mesh atau sieve shaker. Mesh terbesar di letakan paling atas dan di bawahnya di susun pengayak dengan mesh yang makin kecil. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Ditimbang 100 gram granul.
2)        Diletakkan granul pada pengayak paling atas.
3)        Digetarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada getaran.
4)        Ditimbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak.
5)        Dihitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak.
Rumus persentase granul:
                    n %      =   x 100%
                    D         = 
Keterangan:
a               = Berat Residu
b               = Diameter ayakan
Syarat: Nilai granul yang baik yaitu < 2,5
b.    Uji Sudut Istirahat
            Alat yang digunakan yaitu tabung silinder berukuran tertentu, di letakkan pada permukaan horizontal. Serbuk yang akan di tentukan sebanyak 100 g di masukkan kedalam tabung. Permukaan serbuk di ratakan. Tabung silinder perlahan di angkat sampai serbuk meninggalkan tabung, kemudian tinggi puncak tumpukan serbuk dan diameternya di ukur.
Rumus untuk mengetahui nilai sudut istirahat:
                                    Tg α     =
Syarat:
Nilai α
Keterangan
25-30°
Sangat mudah mengalir
30-40°
Mudah mengalir
40-45°
Mengalir
>45°
Kurang mengalir
                  
c.    Uji Kecepatan Alir
Alat yang digunakan yaitu corong pisah alat uji waktu alir. Adapun langkah pengerjaanya, yaitu:
1)        Granul di timbang sebanyak 100 g, lalu di masukkan kedalam corong pisah yang lubang bawahnya ditutup, kemudian di ratakan. Pada bagian bawah corong di beri alas. Tutup di buka hingga granul mulai meluncur. Waktu yang di butuhkan oleh granul untuk mengalir di catat. Kecepatan alir di hitung dengan membagi bobot granul dengan waktu yang di butuhkan untuk mengalir.
2)        Hasil di nyatakan dalam satuan g/det.
Syarat:
Kecepatan aliran yang ideal adalah 10 g/det. Biasanya jika 100 g granul mengalir dalam 10 detik maka aliran baik.
d.   LOD (Lost On Drying)
Alat yang digunakan yaitu Moisture Balance. Kadar air di tentukan dengan menimbang granul dalam keadaan basah dan setelah di keringkan. Kadar air di nyatakan sebagai LOD (Lost On Drying)/susut pengeringan.
% KB  =   x 100 %                                  
% KL  =   x 100 %                                  
Keterangan:
          Wa       = W – W1
            % KB  = Kandungan bobot       
            % KL  = Kandungan lembab                                           
            W        = Bobot mula-mula
            W1       = Bobot setelah pengeringan
              Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gram granul yang diratakan pada piring logam, kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture Ballance). Diatur panas yang digunakan (70°C) lalu diamkan beberapa waktu sampai di peroleh angka yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam di panaskan hingga bobot tetap sebelum digunakan.
Syarat: 2-4%.
e.    Uji Bobot Jenis Sejati
Alat yang digunakan yaitu piknometer. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Dicatat volume piknometer kosong (a)
2)        Dicatat berat piknometer kosong (b)
3)        Dimasukkan parafin cair ke dalam piknometer lalu ditimbang (c)
Bj parafin  =  
Bj sejati    =  
f.     Bobot Jenis Nyata
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Dimasukkan 100 gram granul ke dalam gelas ukur.
2)        Dicatat volumenya dan ditimbang bobot granul.
3)        Dihitung bobot jenis nyata dengan persamaan:
P          =

g.    Bobot Jenis Mampat
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur dan corong pisah. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Sejumlah gram granul di masukkan kedalam gelas ukur pada alat dengan menggunakan corong panjang. Dicatat volumenya (Vo).
2)        Gelas ukur di ketuk-ketukkan sebanyak 500 kali. Catat volumenya (V500).
3)        Ditimbang bobot granul yang di gunakan untuk pengujian ini.
4)        Dihitung bobot jenis mampat dengan persamaan berikut ini:
P          =
h.    Kompresibiltas
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur dan jolting volumeter. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Ditimbang 100 gram granul lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya.
2)        Kemudian granul dimampatkan dengan pengetukan 500 kali ketukan dengan alat uji lalu dicatat volume uji sebelum dimampatkan (Vo).
3)        Volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Rumus kompresibiltas:
I   =   x 100%

Keterangan:
I        = % Kompresibilitas
Vo      = Berat jenisnya sebelum pemampatan
V       = Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x
Syarat:
% K
Keterangan
5-10%
Aliran sangat baik
11-20%
Aliran cukup baik
21-25%
Aliran cukup

2.    Cara Kerja
a.         Disiapkan alat dan bahan.
b.        Diayak semua bahan yang digunakan.
c.         Ditimbang semua bahan seperti : asam mefenamat 45 g, amilum solani 2,25 g, laktosam monohidrat 5,25 g, HPMC 3,75 g, dan talk 3,75 g.
d.        Asam sitrat monohidrat dijadikan serbuk kemudian dicampurkan dengan zat tambahan lainnya beserta asam tartat (setelah disalurkan melewati ayakan no. 60 mesh) agar pencampuran homogen.
e.         Diaduk secara cepat dan dalam lingkungan yang kelembapannya relatif rendah, kelembapan relatif 25% untuk mencegah terhisapnya uap udara oleh bahan kimia sehingga terjadi reaksi dini.
f.         Setelah diaduk, serbuk diletakkan diatas nampan dan dipanaskan dalam oven pada suhu 34-40°C. Dibolak-balik dengan memakai spatel tahan panas.
g.        Saat pemanasan berlangsung, serbuk menjadi seperti spon dan setelah mencapai kepadatan yang tepat (seperti adonan roti), serbuk dikeluarkan dari oven dan dilewatkan dalam ayakan tahan asam untuk membuat granul yang diinginkan
h.        Granul dicampur dengan lubrikan (PEG 8000) kemudian dikempa sesuai ukuran.

3.    Evaluasi Tablet
a.    Keseragaman Ukuran Tablet
Alat yang digunakan adalah jangka sorong. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Diambil 20 tablet kemudian diukur diameter dan ketebalan tablet tersebut.
2)        Dihitung rata-ratanya.
Syarat: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1   tebal tablet.
b.    Keseragaman Bobot
Alat yang digunakan yaitu alat penimbang seperti neraca analitik atau ? Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Ditimbang 20 tablet satu persatu
2)        Dihitung bobot rata-ratanya dan penyimpangan bobot rata-ratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
3)        Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.
Bobot Rata-Rata
Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg-150 mg
10%
20%
151 mg-300 mg
7,5%
15%
Lebih dari 300 mg
5%
10%
c.    Kekerasan tablet
Alat yang digunakan yaitu hardness tester. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet.
Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Diambil 20 tablet lalu diukur kekerasan menggunakan alat hardness tester
2)        Dihitung rata-rata dan standar deviation (SD)
Syarat: Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2.
d.   Keregasan (Friability)
Alat yang digunakan yaitu friability tester. Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapisi (coating). Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.
Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)        Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet terlebih dahulu dibebaskan dari debu kemudian ditimbang.
2)        Tablet tersebut kemudian dimasukkan ke dalam friabilator dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit).
3)        Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali dan dihitung persentase kehilangan bobot sebeleum dan sesudah perlakuan.
Syarat: Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%.
e.    Waktu Hancur
Alat yang digunakan yaitu desintegrator tester. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
Adapun langkah pengerjaannnya, yaitu:
1)        Tablet yang akan diuji sebanyak 6 tablet dimasukkan dalam tube.
2)        Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37°C.
3)        Dalam monografi lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
4)        Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Syarat: Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut non enterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam dan segera hancur dalam medium basa.
f.     Uji Disolusi
Alat yang digunakan ada 2 macam yaitu alat tipe 1 yaitu keranjang dan alat tipe 2 yaitu dayung. Media disolusi dan kecepatan perputaran alat diatur dalam monografi. Uji disolusi adalah evaluasi apakah suatu tablet melepas kandungan obatnya (laju larut obat dari tablet).
1)        Metode Keranjang
Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian bawah suatu batang logam yang dihubungkan pada sebuah motor yang kecepatannya dapat diatur. Keranjang itu dicelupkan ke dalam medium disolusi yang terdapat di dalam labu 1000 ml. suhu labu dipertahankan 37°C ±0,5°C.
Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan Media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah.
2)        Metode Dayung
Alat ini sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan pedal yang dibentuk dari daun  dan batang logam sebagai elemen pengaduk (alat dayung). Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke dasar labu sebelum diaduk. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.

G.      Uji Mutu Farmasetik Sediaan Akhir
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari cara pembuatan obat yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi (Bakti Husada, 2016; 4).

H.      Pengemasan Sediaan Jadi
Pengemasan sedian tablet salut selaput yaitu dalam wadah yang kedap udara, disimpan pada tempat yang kering dan sejuk (Sweetman, 2009; 687).






















I.         Daftar Pustaka
Anief, Muhammad. 2012. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.
Bannwarth B. 2016. Plasma and Cerebrospinal Fluid Concentrasions of Paracetamol After a Single Intravenous Dose of Propacetamol. Bitish Journal Of Clinical Pharmacology.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DEPKES RI.
Hadisoewignyo, Lannie. 2013. Sediaan Solida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
HK Patel, dkk. 2012. International Journal for Pharmaceutical Research Scolars (IJPRS). India: Manuscript.
Insel, Raynold. 1998. Paracetamol. IARC Monoraphis Volume 73.
Kania, Nia. 2011. Penatalaksanaan Demam Pada Anak. Klinik Penanganan Kejang Pada Anak.
Kasr, Alainy. 2010.  Paracetamol Volume 1 Issue. Drug Information Center.
Lachman, Leon dkk. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.
MIMS, 2015. MIMS Edisi Bahasa Indonesia Volume 12. Jakarta: BIP Gramedia.
Pelayanan Informasi Obat. Bakti Husada: DEPKES RI.
Purwandari, Esti. 2007. Optimasi Campuran Asam Sitrat dan Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Secara Granulasi Basah dengan Metode Desain Faktorial.
Sultana, Rehana. 2014. Preparation and Evaluation of Paracetamol Effervescent Tablets Under Normal and Exaggreted Storange Conditions.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale Thirty-Sixth Edition. London, Chicago: Pharmaceutical Press.
Syamsuni.  2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Tierney. 2014. Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, Mc Graw-Hill Inc, 2004, p. 1555-1556.
Wijayanti, Diana. 2013. Efek Analgesik Ekstrak Air Daun Salam (Syzygium polyanthum) pada Mencit dengan Metode Geliat. Surakarta: UMS.























LAMPIRAN
a.         Evaluasi Granul
1.    Analisis Ukuran Partikel
2.    Sudut Istirahat
3.    Kecepatan Alir
4.    Bobot Jenis Sejati
Dik:
a)      Piknometer kosong                                                     = 24,3051 gram
b)      Piknometer + parafin cair                                            = 49,1217 gram
c)      Piknometer + serbuk atau granul                                = 25,2900 gram
d)     Piknometer + parafin cair + serbuk atau granul          = 49,3907 gram
            Bj parafin =  
= 49,1217 g – 24,3051 g
25
= 24,8166 g
                                           25
= 0,992664 g

Bj sejati              =  
                        =          (25,2900 g – 24,3051 g) + 0,992664 g
                         (25,2900 g + 49,1217 g) – (24,3051 g + 49,3907 g)
                                    =          0,9849 g + 0,992664 g
                                                74,4117 – 73,6958
                                    =          1,977564 g
                                                  0,7162 g
                                    =          2,7611 g




Gambar:
a.         Penimbangan Piknometer Kosong
LABORATORIUM FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
Penimbangan Piknometer kosong

b.        Penimbangan Piknometer + Parafin Cair
LABORATORIUM FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
Penimbangan Piknometer + Parafin Cair



c.         Penimbangan Piknometer + Serbuk Avisel
LABORATORIUM FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
Penimbangan Piknometer + Serbuk Avisel

d.        Penimbangan Piknometer + Parafin Cair + Serbuk Avisel
LABORATORIUM FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
Penimbangan Piknometer + Parafin Cair + Serbuk Avisel



5.    LOD (Lost On Drying)
Dik:
W1       = 5 gram
W2       = 4,8235 gram
Rumus:
                        LOD    = W1 – W2
                                                          W1
                                                = 5 g – 4,8235 g
                                                5 g
                                    = 0,0353 g
Gambar:
a.         Penimbangan awal serbuk avisel
LABORATORIUM FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
LOD ((Lost On Drying)
Penimbangan Awal Serbuk Avisel








b.        Penimbangan serbuk avisel setelah dimasukkan ke dalam oven
LABORATORIUM FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
LOD ((Lost On Drying)
Penimbangan Akhir Serbuk Avisel (Setelah Dimasukkan ke dalam Oven)


0 komentar:

Posting Komentar