LAPORAN
LENGKAP PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
PERCOBAAN
TABLET
MODERN
OLEH:
NAMA : YURI ERIKA ARIFIN
NIM : 70100114058
GOLONGAN
: FARMASI C
KELOMPOK
: III (TIGA)
ASISTEN : QURRATUL AENI
LABORATORIUM
FARMASETIKA
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2016
BAB
I
TINJAUAN UMUM ZAT AKTIF
DAN SEDIAAN
A. Gambaran
pabrik
1. Logo
pabrik
2. Makna Logo
Adapun makna
dari logo pabrik yang tertera di atas yaitu bertujuan untuk memberika pelayanan
terhadap pasien yang dimaksudkan agar mampu menjadi agen penyalur penyembuhan
yang tidak lain datang dari Allah SWT dan mampu meningkatkan atau memotivasi
orang-orang yang mengalami sakit. Simbol ini juga menandakan adanya rasa saling
tolong-menolong serta saling memberi terhadap sesama umat di dunia.
3. Sejarah
pabrik
YURA FARMA adalah satu-satunya
perusahaan industri farmasi di Indonesia yang didirikan oleh seorang mahasiswi
jurusan Farmasi dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar . YURA FARMA adalah nama
perusahaan yang bersumber tidak lain dan tidak bukan dari potongan nama lengkap
asli pemilik pabrik itu sendiri yaitu Yuri Erika dan ayahnya yaitu Arifin yang
berarti “arif”, pabrik ini didirikan dengan tujuan agar mampu memotivasi
seluruh mahasiswa se-Indonesia bahwa umur tidak membatasi kita untuk berkarya
dan menciptakan hal-hal yang baru. Meskipun dengan pengalaman seadanya namun
dengan terus belajar Insya Allah kedepannya perusahaan ini juga sudah mampu
bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang telah lama berdiri di
Indonesia.
Pada tanggal 7 Mei tahun 2007 pabrik ini telah resmi
terdaftar menjadi salah satu perusahaan industri farmasi di Indonesia, dan
sudah ada beberapa produk yang telah dicetuskan.
4. Visi dan Misi Pabrik
a. Visi pabrik
Menjadi perusahaan pelayanan utama di Indonesia yang bergaya
saing internasional dan berlandaskan kepada hukum Islam.
b. Misi pabrik
1) Menyediakan
produk yang halal dan jasa layanan kesehatan yang unggul untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu kehidupan
2) Mengembangkan
bisnis pelayanan kesehatan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang
saham, karyawan dan pihak lain yang berkepentingan, tanpa meninggalkan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
3) Meningkatkan kompetensi dan komitmen sumber daya manusia guna
pengembangan perusahaan, serta dapat berperan aktif dalam pengembangan industri
kesehatan nasional.
B.
Alasan Pemilihan Zat
Aktif dan Definisi Bentuk
1. Alasan
Pemilihan Zat Aktif
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi
III, Asam mefenamat memiliki efek analgetikum yang merupakan salah satu efek
obat golongan NSAID yang bereaksi dengan menghambat enzim siklooksigenase
dimana selanjutnya terjadi penghambatan pada produksi prostaglandin dan
tromboksan (Endro, 2014; 181).
2. Definisi
Bentuk Sediaan Terkait
Tablet
salut selaput merupakan kompresi yang di salut dengan selaput tipis dari
polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang
meliputi tablet (Ansel, 2008; 248).
Tablet
bersalut lapisan tipis adalah tablet yang di salut dengan lapisan tipis atau
tablet salut film yang sudah dikembangkan sebagai salah satu alternatif
prosedur untuk pembuatan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam
penyalutan. Komposisi penyalut lapisan tipis yang pertama digunakan adalah
salah satu atau lebih polimer yang biasanya sudah mengandung bahan pembentuk
plastik (Lachman, 2008; 711).
Penyalutan
tablet adalah pelapisan sediaan obat (serbuk, granul, kapsul ataupun tablet)
dengan suatu pelapis baik cairan maupun padatan yang umumnya bersifat inert
dengan tujuan estetika dan fungsional. Tujuan estetika adalah meningkatkan segi
estetika meliputi penampilan, sedangkan tujuan fungsional seperti menutupi bau
dan rasa yang tidak enak, melindungi bahan obat terhadap pengaruh luar seperti
stabilitas meningkat, memudahkan pasien, dan mencegah terjadinya iritasi
lambung, serta memperoleh pelepasan terprogram pada obat tersebut
(Hadisoewignya, 2013; 163).
Keuntungan
tablet salut selaput yaitu mempercepat waktu pengolahan mampu diterapkan pada
produk farmasi dalam rentang yang luas. Misalnya tablet, kapsul, granul, pelet,
serbuk dan kristal zat aktif (Siregar, 2010: 321).
C. Dasar
pertimbangan dan landasan hukum penggolongan obat penandaan pada wadah, etiket atau brosur.
1. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 663/Ph/62/b tanggal 25
Juni 1962 Tentang Penggolongan Obat Keras maka sediaan Asetamat® Tablet
Salut Selaput digolongkan ke dalam obat keras sehingga kepadanya diberlakukan
peraturan tentang obat keras dan juga ketentuan penandaan pada kemasan serta
nomor registrasi.
2. Penandaan Pada Wadah, Leaflet atau Brosur
Pada sediaan Asetamat® Tablet Salut Selaput
berlaku aturan penandaan sebagai berikut:
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 193/Kab/B VII/71/
tanggal 21 Agustus 1971 tentang ‘Peraturan
Pembungkusan dan Penandaan Obat’, SK Menkes RI No. 02396/A/SK/VIII/86
tentang ‘Tanda Khusus Obat Keras Daftar
G’ Surat Edaran Dirjen POM No. 4266/AA/II/86 tanggal 26 Agustus 1986
tentang ‘Tanda Khusus Obat keras daftar
G’, maka penandaan khusus obat keras pada wadah, leaflet atau brosur untuk
sediaan Asetamat® Tablet Salut Selaput harus sama atau mendekati
contoh tanda khusus dibawah ini:
Syarat:
1.
Logo berwarna merah dengan hurud “K” di bagian
tengah.
2.
Tebal garis tepi berwarna hitam dengan ukuran 1
mm.
3.
Ukuran diameter lingkaran terluar minimal 1 cm.
Disertai
dengan kalimat :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
|
C. Nomor Registrasi dan
Nomor Bets
1. Nomor
Registrasi
Nomor registrasi sediaan Asetamat® Tablet salut selaput adalah DKL
1617711717A1
Keterangan:
D
K
L
16
177
117
|
:
:
:
:
:
:
|
Menandakan nama obat jadi, dimana D menunjukkan
bahwa obat termasuk dalam obat dagang.
Menandakan penggolongan obat yang dibuat, dimana B
menunjukkan bahwa obat yang dibuat termasuk dalam golongan obat bebas.
Menandakan periode pendaftaran obat jadi, dimana L
menunjukkan bahwa obat diproduksi di dalam negeri (lokal).
Menandakan periode pendaftaran obat jadi, dimana
16 menunjukkan bahwa obat dibuat pada tahun 2016.
Menandakan nomor urut pabrik.
Menandakan nomor urut jadi yang telah disetujui
oleh pabrik.
|
17
A
1
|
:
:
:
|
Menandakan kekuatan
sediaan obat jadi, dimana 17
menunjukkan bahwa obat jadi yang dibuat dalam bentuk salut selaput.
Menandakan sediaan
obat jadi, dimana A menunjukkan bahwa obat yang dibuat merupakan obat pertama
yang disetujui.
Menandakan kemasan
yang berbeda untuk tiap nama, dimana 1 menunjukkan bahwa obat merupakan
kemasan pertama yang telah dibuat.
|
Sediaan Asetamat® Tablet
salut selaput dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi persyaratan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
2. Nomor
Bets
Sediaan Asetamat® Tablet
salut selaput memiliki nomor bets 04160101
Keterangan:
04
16
01
01
|
:
:
:
:
|
Menandakan bulan pembuatan obat jadi, dimana 04
berarti bahwa obat dibuat pada bulan April.
Menandakan tahun pembuatan obat jadi, dimana 16
berarti bahwa obat yang dibuat pada tahun 2016.
Menandakan bentuk sediaan obat jadi,
dimana 01 berarti bahwa obat yang dibuat dalam bentuk tablet salut selaput.
Menandakan nomor urut obat jadi
yang telah disetujui oleh pabrik.
|
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS
FARMAKOLOGI
A. Nama
Obat dan Sinonim
Nama zat aktif adalah asam mefenamat
mempunyai sinonim mefenamic acid, ponstan, benostan, asam mefenamat, asam N-2,
3 xililantrannila. Nama kimia asama mefenamat yaitu 2-[(2’3-dimethylphenyl)amino]benzoic
acid (Sweetman, 2009; 80). Secara farmakologi, asam mefenamat termasuk dalam
golongan analgesik dan antipiretik. Secara kimia, termasuk dalam golongan NSAID
(Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) sebagai derivat fenamat yang bekerja menghambat
enzim siklooksigenase kemudian selanjutnya menghambat produksi prostaglandin
dan tromboksan (Endro, 2014; 181).
B. Bentuk
Senyawa Zat Aktif
Bentuk
senyawa aktif yang digunakan adalah derivat
fenamat yaitu asam mefenamat. Bentuk tersebut dipakai karena memiliki efek sebagai
analgesik dan antipiretik (Bannwarth, 2016; 7).
C.
Mekanisme Kerja Obat
Mekanisme
kerja asam mefenamat sebagai salah satu golongan NSAID yaitu dengan membloking aktivitas dari suatu
enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase yang berperan dalam proses
produksi substansi kima salah satunya prostaglandin. Prostaglandin diproduksi
dalam merespon adanya luka atau penyakit lain yang mengakibatkan rasa nyeri,
bengkak, dan radang. Prostaglandin sebenarnya bukan sebagai mediator radang
lebih tepatnya sebagai medulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang,
prostaglandin bekerja lemah berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan
mediator atau subtansi yang dibebaskan secara lokal, autokoid seperti histamin,
serotonin, prostaglandin lain dan laukotrien. Prostaglandin paling sensibel
pada reseptor rasa sakit di daerah perifer, pembuluh sfingter dan postkapiler
venula. Walaupun prostaglandin merupakan vasodilator potensial tetapi bukan
sebagai vasodilator universal. Salait prostaglandin dan alur siklooksigenase,
juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2 berkemampuan menginduksi agregasi platelet
maupun reaksi pembebasan platelet (Sweetman, 2009; 96).
D.
Nasib Obat dalam Tubuh
(Farmakokinetika)
1. Absorpsi
Asam mefenamat
diabsorbsi dari saluran pencernaan. Konsentrasi plasma puncak terjadi sekitar
2-4 jam setelah di konsumsi. Waktu paruh plasma sekitar 2-4 jam. Lebih dari 90%
asam mefenamat terikat pada protein plasma yang didistribusikan ke dalam ASI
(Sweetman, 2009; 80).
2. Distribusi
Lebih dari 90% asam mefenamat
terikat pada protein plasma yang didistribusikan ke dalam ASI (Sweetman, 2009;
80).
3.
Metabolisme
Asam mefenamat di
metabolisme oleh sitokrom P450 isoenzim CYP269 yang kemudian dioksidasi menjadi
3-karboksi asam mefenamat (Sweetman, 2009; 80).
4.
Ekskresi
Melalui urin (sekitar 52%) obat tidak berubah dan dalam
bentuk metabolit; pada feses (sekitar 20%). Dengan waktu paruh eliminasi
sekitar 2-4 jam (MIMS. 2015).
E. Indikasi
dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Demam
dan nyeri untuk anak; nyeri dan radang pada reumatik (termasuk junvinile
arthritis) dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan hingga termasuk
dismenore, dan analgesik pasca beda (Yulinah, 2009; 581).
2. Kontraindikasi
Asam
mefenamat kontaraindikasi terhadap pasien yang mengalami tukak lambung aktif, pasien
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal dan atau AINS lainnya
termasuk pasien yang terkena serangan asma, angiodema, urtikaria, atau
rinitasnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya (Yulinah, 2009; 581).
F. Dosis
dan Aturan Pakai
1. Dosis
Indikasi
|
Pasien
|
Dosis (Untuk bentuk sediaan terkait)
|
Analgesik
dan Antipiretik
|
Dewasa
dan anak-anak diatas 12 tahun
|
500
mg x 3 sehari. Dosis awal 500 mg diikuti dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai
kebutuhan.
|
2. Aturan
Pakai
Penggunaan
Asetamat® tablet salut selaput diberikan 1 tablet, 3 kali sehari
dengan cara memasukkan 1 tablet dalam setengah gelas air, dalam posisi duduk
atau berdiri (MIMS. 2015).
G. Efek
Samping dan Toksisitas Obat
1. Efek
Samping
Efek Samping yang dapat muncul selama
penggunaan paracetamol antara lain:
a.
Efek samping yang
sering terjadi
Efek samping yang umumnya terjadi yaitu mengantuk
dan pada darah trombositopenia.
b.
Efek samping yang
jarang terjadi
Pada darah yaitu dapat menyebabkan anemia hemolitik dan aplastik.
2.
Toksisitas
Toksisitas
asam mefenamat akan muncul setelah penggunaan selama 7 hari berturut-turut
(Sulistia, 1995; 85).
H. Interaksi
Obat
Interaksi yang melibatkan NSAIDs
termasuk peningkatan efek antikoagulan oral (khususnya azoprozazone dan
fenilbutazon) dan peningkata plasma pada konsentrasi lithium, methotrexate, dan
glikosida jantung. Resiko nefrotoksitas dapat meningkat jika diberi dengan
inhibitor ACE, sikloprin, tacrolimus, atau diuretik. Efek pada fungsi ginjal
mungkin menyebabkan berkurangnya ekskresi pada beberapa obat. Penggunaan lebih
dari satu NSAID secara bersama-sama (termasuk aspirin) harus dihindari karena
peningkatan resiko dengan dampak yang buruk. Resiko pendarahan saluran cerna
bila digunakan dengan kortikosteroid, SSRI, anti platelet, SNRI venlafaxine,
dan tiklopidin, iloprost, erlotinib, sibutramin, atau mungkin alkohol
bifosfonat atau pentoxifylline. Peningkatan resiko hemetotoksik jika AZT
digunakan dengan NSAID (Sweetman, 2009; 99).
Dengan obat lain : (Bakti Husada, 2016).
a. Obat
yang terikat dengan protein plasma
b. Obat
antikoagulan dan antitrombosis
c. Lithium
d. Obat
lain yang juga memeiliki efek samping pada lambung
|
:
:
:
:
|
Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga
dapat meningkatkan efek samping (contoh :hidantoin, sulfonilurea).
Sedikit memperpanjang waktu prothrombin dan waktu thromboplastin
parsial. Jika pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolik
(streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Meningkatkan toksisitas lithium dengan
menurunkan eliminasi litium di ginjal.
Kemungkinan dapat meningkatkan
efek samping terhadap lambung.
|
I.
Penggunaan Pada Kondisi
Khusus, Peringatan dan Perhatian
1. Penggunaan
pada kondisi khusus
a.
Gangguan fungsi hati
dan ginjal, serata payah jantung
Dibutuhkan
kehati-hatian sebab penggunaan NSAID dapat menyebabkan buruknya fungsi ginjal.
Sehingga penggunaan dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus
di kontrol.
b.
Penderita asma
Setiap perburukan yang terjadi mungkin berhubungan dengan
penggunaan NSAID, baik yang diresepkan (seperti ibuprofen) maupun yang di beli
secara bebas (Yulinah, 2009; 581).
2. Peringatan
dan perhatian
Harus
digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, pada
penderita alergi dan pada penderita gangguan koagulasi (Yulinah, 2009; 581).
J.
Cara Penyimpanan dan
Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran.
1. Cara
Penyimpanan:
Harus disimpan dalam wadah yang tertutup
baik dan terlindung dari cahaya (Dijen POM , 2014; 95 dan Sweetman, 2009; 80).
2. Contoh
Sediaan: Ponstel, analspec, asimat, benostan, cetalmic, corstanal, dollos,
dystan, dolod, dolodon, fargetix, gitaramin, licostan, lapistan, mefast,mefix,
mefinter, molasic, mectan, molasic, nichostan, opistan, pehastan, pencofen,
postan, ponalar, peconfen, pondex, ponstelax, solasic, stanalin, stelpon, dan
top gesik (MIMS, 2015).
K. Kesimpulan
Berdasarkan data
farmakologi di atas, maka bentuk sediaan aktif yang dipilih
karena
dalam Farmakope Indonesia Edisi III, Asam mefenamat memiliki efek analgetikum
yang merupakan salah satu efek obat golongan NSAID yang bereaksi dengan
menghambat enzim siklooksigenase dimana selanjutnya terjadi penghambatan pada
produksi prostaglandin dan tromboksan.
Mekanisme kerja asam mefenamat sebagai
salah satu golongan NSAID yaitu dengan
membloking aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan
siklooksigenase yang berperan dalam proses produksi substansi kima salah
satunya prostaglandin. Prostaglandin diproduksi dalam merespon adanya luka atau
penyakit lain yang mengakibatkan rasa nyeri, bengkak, dan radang. Prostaglandin
sebenarnya bukan sebagai mediator radang lebih tepatnya sebagai medulator dari
reaksi radang. Sebagai penyebab radang, prostaglandin bekerja lemah berpotensi
kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau subtansi yang dibebaskan secara
lokal, autokoid seperti histamin, serotonin, prostaglandin lain dan laukotrien.
Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer,
pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun prostaglandin merupakan
vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal. Salait
prostaglandin dan alur siklooksigenase, juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan
A2 berkemampuan menginduksi
agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet.
Interaksi yang melibatkan NSAIDs
termasuk peningkatan efek antikoagulan oral (khususnya azoprozazone dan
fenilbutazon) dan peningkata plasma pada konsentrasi lithium, methotrexate, dan
glikosida jantung. Resiko nefrotoksitas dapat meningkat jika diberi dengan
inhibitor ACE, sikloprin, tacrolimus, atau diuretik. Efek pada fungsi ginjal
mungkin menyebabkan berkurangnya ekskresi pada beberapa obat. Penggunaan lebih
dari satu NSAID secara bersama-sama (termasuk aspirin) harus dihindari karena
peningkatan resiko dengan dampak yang buruk. Resiko pendarahan saluran cerna
bila digunakan dengan kortikosteroid, SSRI, anti platelet, SNRI venlafaxine,
dan tiklopidin, iloprost, erlotinib, sibutramin, atau mungkin alkohol
bifosfonat atau pentoxifylline. Peningkatan resiko hemetotoksik jika AZT
digunakan dengan NSAID.
Adapun
indikasi zat aktif yaitu demam dan nyeri untuk anak; nyeri dan radang pada
reumatik (termasuk junvinile arthritis) dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri
ringan hingga termasuk dismenore, dan analgesik pasca beda.
Asam mefenamat kontaraindikasi terhadap
pasien yang mengalami tukak lambung aktif, pasien dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap asetosal dan atau AINS lainnya termasuk pasien yang
terkena serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitasnya dipicu oleh
asetosal dan AINS lainnya.
Peringatan
dan perhatian dari zat aktif yaitu dibutuhkan kehati-hatian sebab penggunaan
NSAID dapat menyebabkan buruknya fungsi ginjal. Sehingga penggunaan dosis harus
dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus di kontrol. Setiap perburukan
yang terjadi mungkin berhubungan dengan penggunaan NSAID, baik yang diresepkan
(seperti ibuprofen) maupun yang di beli secara bebas. Harus
digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui,
pada penderita alergi dan pada penderita gangguan koagulasi.
Dosis dari asam mefenamat yaitu 500 mg x
3 sehari. Dosis awal 500 mg diikuti dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai
kebutuhan.Paracetamol tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan
hidrogen dan beberapa antasida.
Fungsi utama dari zat aktif asam
mefenamat yaitu sebagai analgetikum dan atipiretik yang harus di simpan dalam
wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
BAB
III
ANALISIS
PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN FORMULA
A. Pendekatan
Formulasi
Tablet
bersalut lapisan tipis adalah tablet yang di salut dengan lapisan tipis atau
tablet salut film yang sudah dikembangkan sebagai salah satu alternatif
prosedur untuk pembuatan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam
penyalutan. Komposisi penyalut lapisan tipis yang pertama digunakan adalah
salah satu atau lebih polimer yang biasanya sudah mengandung bahan pembentuk
plastik (Lachman, 2008; 711).
Penyalutan
tablet adalah pelapisan sediaan obat (serbuk, granul, kapsul ataupun tablet)
dengan suatu pelapis baik cairan maupun padatan yang umumnya bersifat inert
dengan tujuan estetika dan fungsional. Tujuan estetika adalah meningkatkan segi
estetika meliputi penampilan, sedangkan tujuan fungsional seperti menutupi bau
dan rasa yang tidak enak, melindungi bahan obat terhadap pengaruh luar seperti
stabilitas meningkat, memudahkan pasien, dan mencegah terjadinya iritasi
lambung, serta memperoleh pelepasan terprogram pada obat tersebut
(Hadisoewignya, 2013; 163).
Keuntungan
tablet salut selaput yaitu mempercepat waktu pengolahan sehingga mampu diterapkan pada produk farmasi
dalam rentang yang luas. Misalnya tablet kapsul, granul, pelet, serbuk dan
kristal zat aktif (Siregar, 2010; 321).
B. Formula
Umum
Komposisi: Tiap 1000 mg Asetama® tablet
salut selaput mengandung:
a. Asam
mefenamat 400 mg
b. Talk 5%
c. Amilum
solani 3%
d. Hidroksipropil
metilselulosa 5%
e. Avicel
101 20%
f. Laktosa
monohidrat add 500 mg
g. PEG
400 10%
h. Aquadest
add 100%
C. Pengembangan
Formula
1. Rancangan
Formula
Nama Produk :
ASETAMAT® Tablet Salut Selaput
Jumlah Produk : 150 tablet @500 mg
Tanggal Formulasi : 11 April 2016
Tanggal Produksi : 11 Oktober 2017
No. Registrasi : DKL 1617711717A1
No. Bets : 04161143
Komposisi : Tiap 1000 mg mengandung:
a.
Asam mefenamat 400 mg
b. Talk 5%
c. Amilum
solani 3%
d. Hidroksipropil
metilselulosa 5%
e. Avicel
101 20%
f. Laktosa
monohidrat add 500 mg
g. PEG
400 10%
h. Aquadest
add 100%
2. Master
Formula
Nama Pabrik
|
Tanggal Formula
|
Tanggal Produksi
|
Dibuat
Oleh
|
Disetujui
Oleh
|
PT. YURA FARMA
|
11 April 2016
|
11 Oktober 2017
|
YURI ERIKA ARIFIN
|
QURRATUL
AENI
|
Kode Bahan
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
/ Dosis
|
/ Bets
|
01-AM
|
Asam
mefenamat
|
Zat
Aktif
|
500
mg
|
45.000
mg
|
02-TK
|
Talk
|
Pelincir
|
25 mg
|
3.750 mg
|
03-AS
|
Amilum
solani
|
Penghancur
|
15 mg
|
2.250 mg
|
04-HM
|
Hidroksipropil
metilselulosa
|
Penyalut
|
25 mg
|
3.750 mg
|
05-AV
|
Avicel
101
|
Pengikat
|
100
mg
|
15.000
mg
|
06-LM
|
Laktosa
monohidrat
|
Pengisi
|
35
mg
|
5.250 mg
|
Kode Bahan
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
/ Tablet
|
/ Bets
|
04-HM
|
Hidroksipropil
metilselulosa
|
Polimer
|
25
mg
|
3.750 mg
|
07-PEG
|
PEG
400
|
Pelicin
|
3,75 mg
|
5.625 mg
|
08-AQ
|
Aquadest
|
Pengisi
|
71,25
ml
|
106.875
ml
|
3.
Uraian Bahan
a.
Asam Mefenamat (Sweetman,
2009; 80 dan Dirjen POM, 2014; 95)
Nama
Resmi
Nama
Lain
Nama
Kimia
Rumus
Molekul
Rumus
Struktur
Berat
Molekul
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Farmakologi
Mekanisme
kerja
Kontraindikasi
Dosis
Interaksi
obat
Peringatan
dan perhatian
Efek
Samping
Penyimpanan
Kegunaan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
ACIDUM MEFENAMICUM
Asam mefenamat. Benostan, Mefinal, Ponstan, Asam
N-2,3 xililantranillat .
2-[(2’3-dimethylphenyl)amino]benzoic acid
C15H15O2
241,29
Serbuk hablur; putih atau hampir putih; melebur
pada suhu lebih < 2300 disertai peruraian
Larut dalam alrutan alkali hidroksida,
agak sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanlol dan dalam
metanol; praktis tidak larut dalam air.
Stabil pada suhu penyimpanan 23-290 C
dengan kelembaban 58-67%.
Farmakodinamik: Menghambat
sintesis prostaglandin sedangkan kerja utama obat anti radang glukokortikoid
yaitu menghambat pembebasan asam arakidonat. Asam mefenamat bekerja
menghambat aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan
siklooksigenase, yang berperan pada beberapa produksi substansi kimia dalam
tubuh, salah satunya adalah prodtaglandin. Obat ini bereaksi dengan
menghambat enzim tersebut yang kemudian menghambat prostaglandin dan
tromboksan (Endro, 2014; 181).
Farmakokinetik.
Asam mefenamat diabsorpsi dari saluran pencernaan. Konsentrasi plasma puncak
terjadi sekitar 2-4 jam setelah dikomsumsi. Waktu paruh plasma terjadi
sekitar 2-4 jam. Lebih dari 90%asam mefenamat terikat pada protein plasma
yang didistribusikan ke dalam ASI. Asam mefenamat di metabolisme oleh
sitokrom P450 Isoenzim CYP250 yang kemudian dioksidasi menjadi 3-karboksi
asam mefenamat (Sweetman, 2009; 80).
Mekanisme kerja asam mefenamat sebagai salah satu
golongan NSAID yaitu dengan membloking
aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase yang
berperan dalam proses produksi substansi kima salah satunya prostaglandin.
Prostaglandin diproduksi dalam merespon adanya luka atau penyakit lain yang
mengakibatkan rasa nyeri, bengkak, dan radang. Prostaglandin sebenarnya bukan
sebagai mediator radang lebih tepatnya sebagai medulator dari reaksi radang.
Sebagai penyebab radang, prostaglandin bekerja lemah berpotensi kuat setelah
berkombinasi dengan mediator atau subtansi yang dibebaskan secara lokal,
autokoid seperti histamin, serotonin, prostaglandin lain dan laukotrien.
Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer,
pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun prostaglandin merupakan
vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal. Salait
prostaglandin dan alur siklooksigenase, juga dihasilkan tromboksan.
Tromboksan A2 berkemampuan
menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet (Sweetman,
2009; 96).
Asam mefenamat
kontaraindikasi terhadap pasien yang mengalami tukak lambung aktif, pasien
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal dan atau AINS lainnya
termasuk pasien yang terkena serangan asma, angiodema, urtikaria, atau
rinitasnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya (Yulinah, 2009; 581).
500 mg x 3 sehari. Dosis awal 500 mg diikuti
dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.Paracetamol tidak bercampur
dengan senyawa yang memiliki ikatan hidrogen dan beberapa antasida.
Interaksi yang melibatkan NSAIDs termasuk
peningkatan efek antikoagulan oral (khususnya azoprozazone dan fenilbutazon)
dan peningkata plasma pada konsentrasi lithium, methotrexate, dan glikosida
jantung. Resiko nefrotoksitas dapat meningkat jika diberi dengan inhibitor
ACE, sikloprin, tacrolimus, atau diuretik. Efek pada fungsi ginjal mungkin
menyebabkan berkurangnya ekskresi pada beberapa obat. Penggunaan lebih dari
satu NSAID secara bersama-sama (termasuk aspirin) harus dihindari karena
peningkatan resiko dengan dampak yang buruk. Resiko pendarahan saluran cerna
bila digunakan dengan kortikosteroid, SSRI, anti platelet, SNRI venlafaxine,
dan tiklopidin, iloprost, erlotinib, sibutramin, atau mungkin alkohol
bifosfonat atau pentoxifylline. Peningkatan resiko hemetotoksik jika AZT
digunakan dengan NSAID (Sweetman, 2009; 99).
1.
Dibutuhkan kehati-hatian sebab penggunaan NSAID dapat menyebabkan
buruknya fungsi ginjal. Sehingga penggunaan dosis harus dijaga serendah
mungkin dan fungsi ginjal harus di kontrol.
2.
Setiap perburukan yang terjadi mungkin berhubungan dengan
penggunaan NSAID, baik yang diresepkan (seperti ibuprofen) maupun yang di beli
secara bebas.
3. Harus
digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui,
pada penderita alergi dan pada penderita gangguan koagulasi (Yulinah, 2009;
581).
Pengobatan harus dihentikan jika
terjadi diare dan ruam. Efek lainnya seperti mengantu, pada darah seperti
anemia hemolitik dan aplastik. Kejang dapat terjadi jika overdosis (Sweetman,
2009; 80).
Dalam wadah tertutup rapat, dan tidak tembus
cahaya.
Zat akti atau analgesik dan antipiretik.
|
b. Amilum
Solani (Rowe, 2009; 181)
Nama
Resmi
Nama
Lain
Nama
Kimia
Rumus
Molekul
Rumus
Struktur
Berat
Molekul
Pemerian
Kelarutan
Range
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Kegunaan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
ACIDUM
CITRICUM MONOHYDRICUM
E330,
2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylic acid monohydrate, acidum citricum
monohydricum, 2 hydroxy-1,2,3-propane tricarbolylic acid monohydrate, CH2(COOH)C(OH)(COOH)CH2COOH.H2O
2-Hydroxy-1,2,3-Propanetricarboxylic acid
monohydrate,
C6H8O7.H2O
210,14
Tidak berwarna, kristal berair atau kristal putih,
serbuk pengembang. Tidak berasa dan memiliki rasa asam yang kuat. Struktur
kristal amorf.
Larut dalam 1:1,5 bagian etanol (95%) dan kurang dari satu bagian
air, agak sukar laut dalam ether.
0,3-2%
Serbuk
monohidrat atau anhidrat sebaiknya disimpan pada ruang dengan udara dingin,
tempat kering.
Asam
sitrat inkom dengan natrium tartrat, basa dan basa bumi karbonat dan
bikarbonat, asetat, dan sulfida. Inkom juga dengan agen oksidator,basa
pengurang agen, dan nitrat. Dapat meledak dengan kombinasi metal nitrat.
Sukrosa berbentuk kristal pada sirup dengan adanya asam sitrat.
Zat
penghancur.
|
c. Talk
(Rowe, 2009; 728-729)
Nama
Resmi
|
:
|
TALCUM
|
Nama
Lain
|
:
|
Bedak, Spektan powder, Melk zuiker, Talkum, Altalc,
E553b, Hydrous magnesium calcium silicate, Hydrous magnesium Silicate,
Imperial, Magnesium hydrogen metasilicate, Magsil Osmanthus, Magsil star,
Powdered talc, Soapstone, Steatite, Superior.
|
Nama
Kimia
|
:
|
Talc
[14807-96-6]
|
Berat
Molekul
|
:
|
667
g/mol
|
Rumus
Struktur
|
:
|
|
Rumus
Molekul
|
:
|
Mg6(Si2O5)4(OH)4
|
Range
|
:
|
15-35%
|
Pemerian
|
:
|
Putih hingga putih keabu-abuan,
tidak berbau, serbuk kristal, mudah melekat pada kulit dan bebas butiran
|
Kelarutan
|
:
|
Praktis
tidak larut dalam asam lemah dan alkalis, pelarut organic dan air
|
Stabilitas
|
:
|
Talk merupakan materil stabil dan
biasa disterilkan pada suhu 160
tidak kurang dari 1 jam
|
Inkompatibilitas
|
:
|
Inkompatibel dengan campuran amoniak
|
Kegunaan
|
:
|
Zat
pelincir
|
Penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada wadah tertutup baik
|
d.
Laktosa (Rowe, 2009: 359)
Nama
Resmi : LACTOSUM
Nama
Lain : Laktosa, saccharum lactis, pharmatose tablettose,
granulac, laktosum, prismalac.
Rumus
molekul : C12H22O11
Berat
molekul : 342,30
Rumus bangun :
Pemerian : Serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, rasa sedikit manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih, sangat
sukar larut dalam metanol, tidak mudah larut dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Range : 4,0-4,5%
Kegunaan
: Sebagai zat pengisi
Stabilitas
: Dapat berubah warna menjadi kecoklatan pada
penyimpanannya.
Inkompatilitas : Tidak
cocok dengan asam amino, aminofilin, dan amfetamin
e.
PEG 400
(Rowe, 2009; 517)
Nama
Resmi
Nama
Lain
Nama
Kimia
Rumus
Molekul
Berat
Molekul
Rumus
Struktur
Pemerian
Kelarutan
Range
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Stabilitas
pH
Kegunaan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
POLYETILEN
GLIKOL 400
Carbonax,
polietilenglikol, PEG, lipoxol, makrogola, dan pliriol E.
α-Hydro-ω-hydroxypoly(oxy-1,2-ethanediyl)
HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH
7.000-9.000
Berwarna
putih atau tidak berwarna dan jarak konsistensi dari pelekat ke bahan lilin
mengelupas. Bau manis. Tingkat PEG 6000 ke atas bias sebagai serbuk giling
aliran bebas.
Larut
dalam air
10-35%
Dalam
wadah tertutup baik.
Polietilen
glikol cair maupun padat mungkin inkompatibel dengan beberapa agen pewarna.
Secara
kimia stabil di udara dan dalam larutan meskipun nilai dengan berat molekul
kurang dari 2.000 yang higroskopis
4,0-7,0
Zat
pemplastis
|
f.
Avicel PH 101
(Rowe, 2009; 129-132)
Nama
Resmi
Nama
Lain
Nama
Kimia
Rumus
Molekul
Rumus
Struktur
Berat
Molekul
Pemerian
Kelarutan
Range
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Stabilitas
pH
Kegunaan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
MYCROCRYSTALLINE CELLULOSE
Avicel, Mikrokristalin selulosa, cellet, gel selulosa, hellulosum
mikrokristalin
Selulosa
(C6H10O5)n
36000
Tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri dari partikel-partikel penyerap.
Praktis tidak larut dalam air, alcohol, aseton,
kolven, dan cairan asam.
20-90%
Dalam wadah tertutup baik
Dengan agen pengoksidasi kuat
Stabil dengan material yang higroskopik
5,0-7,5
Zat
penghancur.
|
g.
HPMC (Rowe,
2009; 317-318)
Nama
Resmi
Nama
Lain
Nama
Kimia
Rumus
Molekul
Rumus
Struktur
Berat
Molekul
Pemerian
Kelarutan
Range
pH
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Kegunaan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
HYDROXYPROPILMETHYL CELLULOSA
Hydromallosa, HPMC, Hidroksipropil metal selulosa, cellulose, dan
Oxypropylated
Selulosa, 2-hidroxipropil eter
CH3CH(OH)CH2
50000-1250000
Warna putih atau krem, tidak berbau, bentuk serbuk
granul, tidak berasa
Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam
air panas
15-35%
5,0-8,5
Agen pengoksidasi
Dalam wadah tertutup baik
Sebagai polimer
|
h.
Aquadest (Dirjen POM, 1979; 96)
Nama
Resmi
Nama
Lain
Rumus
Molekul
Rumus
Struktur
Berat
Molekul
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
|
AQUADESTILLATA
Aquadest, air suling, aquadem, aqua pro injeksi
CH3CH(OH)CH2
O
H H
18,02
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Dalam wadah tertutup baik
Sebagai zat pelarut
|
D.
Perhitungan dan
Penimbangan
1.
Perhitungan Bahan
a.
Per tablet (150 tablet
@ 500 mg)
1) Fase
dalam terdiri :
a) Asam
mefenamat 500 mg
b) Amilum
solani 1 % =
x
500 mg
=
5 mg
c) Avicel
101 20 % =
x 500 mg
=
100 mg
d) HPMC 5
% =
x
500 mg
=
25 mg
e)
Laktosa add 500 mg = 500 – (300+5+100+25+10+25) mg
=
500 – 465 mg
=
35 mg
2)
Fase luar terdiri :
a)
Amilum solani 2 % =
x
500 mg
= 10 mg
b)
Talk 5 % =
x
500 mg
=
25 mg
b.
Per bets
1)
Fase dalam terdiri :
a)
Asam mefenamat = 300 mg x 150 tablet
= 45.000 mg
b)
Amilum solani 1 % = 5 mg x 150 tablet
= 750 mg
c)
Avicel 101 20 % = 100 mg x 150 tablet
=
15.000 mg
d)
HPMC 5 % = 25 mg x 150 tablet
= 3.750
mg
e)
Laktosa add 500 mg = 35 mg x 150 tablet
= 5.250 mg
2)
Fase luar terdiri :
a)
Amilum solani 2 % = 10 mg x 150 tablet
= 1.500 mg
b)
Talk 5 % =
25 mg x 150 tablet
= 3.750 mg
2.
Perhitungan penyalut
a.
Per tablet
1)
HPMC 5 % = 25 mg
2)
PEG 400 15 % =
x
25 mg
=
3,75 mg
3)
Aquadest add 10 ml = 100 – (25+3,75) mg
= 71,25 ml
b.
Per bets
1)
HPMC = 25 mg x
150 tablet
=
3.750 mg
2)
PEG 400 15 % = 3,75 x 150 tablet
=
5.625 mg
3)
Aquadest add 100 ml = 71,25 x 150 tablet
=
106.875 ml
E.
Ruangan Produksi
Memilih lokasi bangunan
hendaklah diperhatikan apakah ada sumber
pencemaran yang berasal dari lingkungan. Sebaiknya dipilih lokasi di mana tidak ada risiko pencemaran lingkungan. Bila karena perubahan struktur tanah, atau perencanaan kota, lingkungan pabrik tidak dapat dihindarkan dari pencemaran hendaklah diambil tindakan sebagai berikut:
pencemaran yang berasal dari lingkungan. Sebaiknya dipilih lokasi di mana tidak ada risiko pencemaran lingkungan. Bila karena perubahan struktur tanah, atau perencanaan kota, lingkungan pabrik tidak dapat dihindarkan dari pencemaran hendaklah diambil tindakan sebagai berikut:
Lingkungan
|
Bentuk
Cemaran
|
Tindakan
Pencegahan
|
Udara
|
Berbagai jenis debu,
misalnya debu jalan, debu dari industri lain dan partikel pestisida. |
Melengkapi sistem ventilasi dengan saringan udara awal dan
saringan udara akhir yang masing-masingnya mempunyai efisiensi 30-40% dan
90-95%.
|
Tanah
|
Bekas timbunan sampah dan bahan kimia
|
Konstruksi
bangunan yang kokoh dan kedap air sesuai dengan peraturan bangunan
yang berlaku; Bebas dari rembesan air, serangga, binatang pengerat serta dari kontaminan lain; dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang efektif untuk mencegah banjir. |
Air Tanah
|
Bekas timbunan bahan
kimia; Air sadah atau air yang mengandung zat koloid; mikroba patogen |
Semua bekas timbunan bahan harus
digali dan dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, bekas
penimbunan hendaklah dinetralisasi (misalnya dengan kapur tohor);
Pelunakan air; Sedimentasi
dan penyaringan; Disinfeksi misalnya dengan
klorinasi.
|
Konstruksi bangunan
hendaklah memenuhi syarat dan peraturan yang berlakuuntuk bangunan. Hendaklah
diadakan sarana perlindungan seperlunya terhadap:
Lingkungan
|
Tindakan
Pencegahan antara lain dengan
|
Cuaca
|
a. Memberikan cat tahan cuaca pada tembok;
b. Memasang alat penyerap kelembaban udara
secara pendinginan atau secara penyerapan oleh bahan kimia yang higroskopis. |
Banjir
|
a. Mendesain letak bangunan
dibuat lebih tinggi
daripada permukaan air banjir;
b.
Memasang
saluran pembuangan air yang efektif.
|
Rembesan air
|
a. Memasang saluran
pembuangan air yang efektif;
b.
Membuat
pondasi dan lantai bangunan yang tahan rembesan air sesuai dengan teknik
bangunan yang berlaku.
|
Masuk dan bersarang
binatang kecil, tikus, burung, serangga dan hewan lain |
a. Memasang kawat kasa dan/atau
tirai plastik;
b.
Melaksanakan
pest control. Lihat Contoh Protap Pengendalian Hama Terpadu, Lampiran 5.19.
|
Masuk benda dan
pengotor lain |
Memasang saringan udara kasar/kasa pada jalur
masuk ke Sistem Tata Udara. |
1.
Desain dan
Tata Letak Ruang
a. Susunan Blok Bangunan Pabrik
b. Konsep Alur Barang dan Personil
c.
Tata Letak Ruang Produksi Steril dengan
Proses Aseptis
1) Tata Letak Ruang Produksi
Steril dengan Proses Sterilisasi Akhir
Rancang-bangun
hendaklah dibuat sedemikian rupa sehingga sarana untuk kegiatan yang
berhubungan langsung dengan daerah luar dikelompokkan. Kegiatan yang
berhubungan langsung dengan daerah luar antara lain adalah:
a)
Penerimaan bahan
awal
b)
Masuk-keluar
personil
c)
Pemakaian
seragam kerja
d)
Mandi, cuci
tangan dan buang air, dan
e)
Penyerahan
produk jadi untuk distribusi.
Rancangan di atas perlu
ditekankan agar tidak berdampak negatif terhadap
kegiatan produksi yang dilakukan di area dengan kelas kebersihan lebih tinggi.
kegiatan produksi yang dilakukan di area dengan kelas kebersihan lebih tinggi.
1)
Letak ruang
hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi
bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasidan pengawasan serta untuk menghindarkan ketidakteraturan. Peralatan produksi, barang dan fasilitas lain yang akan ditempatkan serta lalu-lintas barang dan orang hendaklah digambarkan dengan benar pada tata letak ruangsesuai dengan ukuran yang direncanakan. Untuk mencegah penggunaan daerah produksi sebagai lalu-lintas umum bagi personil atau barang/bahan hendaklah disediakan koridor agar ruang produksidapat dicapai tanpa melalui ruang produksi lain. Untuk mencegah ruang pengolahan digunakan sebagai tempat penyimpanan hendaklah disediakan ruang penyimpanan terpisah yang memadai.
bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasidan pengawasan serta untuk menghindarkan ketidakteraturan. Peralatan produksi, barang dan fasilitas lain yang akan ditempatkan serta lalu-lintas barang dan orang hendaklah digambarkan dengan benar pada tata letak ruangsesuai dengan ukuran yang direncanakan. Untuk mencegah penggunaan daerah produksi sebagai lalu-lintas umum bagi personil atau barang/bahan hendaklah disediakan koridor agar ruang produksidapat dicapai tanpa melalui ruang produksi lain. Untuk mencegah ruang pengolahan digunakan sebagai tempat penyimpanan hendaklah disediakan ruang penyimpanan terpisah yang memadai.
2)
Tindakan
pencegahan dapat dilakukan misal dengan penggunaan kontrol aksesdan/atau
prosedur yang sesuai.
3)
Desain
Ruangan
Jenis
Bahan Bangunan
|
|||
Permukaan
Dalam |
Jenis Bangunan
|
Keterangan
|
Sesuai Untuk
|
Lantai
|
Beton padat dengan
hardener
|
Bersifat menahan debu dan tidak tahan terhadap tumpahan larutan
bahan kimia.
|
Digunakan hanya di
daerah gudang. |
Beton dilapisi lembaran vinil
|
Ketahanan
terhadap bahan kimia terbatas; Sambungan dilas agar kedap air; Mudah
tergores.
|
Kantor, koridor dan laboratorium
|
|
Beton dilapisi Epoksi atau poliuretan
|
Menahan pertumbuhan
bakteri; Mudah tergores
|
Ruang produksi
khusus daerah steril dan kelas E |
|
Granit tidak berpori
|
Memerlukan
penutupan celah
|
Daerah produksi
kelas E |
|
Ubin keramik
|
Tahan
terhadap bahan kimia dan goresan; Mudah diperbaiki; Memerlukan penutupan
celah; Sambungan sukar dibersihkan; Keras dan tangguh; Licin bila basah.
|
Daerah pengemasan
kelas F dan gudang tergantung jenis dan alat yang digunakan |
|
Dinding
|
Bata atau blok beton padat yang permukaannya di plester halus
dan dicat dengan poliakrilik, atau
poliuretan, atau epoksi atau panel logam yang dicat dengan powder coating, anodized aluminium, atau baja tahan karat. |
Mudah retak bila
pengerjaannya kurang baik; Menimbulkan debu bila dibongkar untuk perbaikan atau renovasi; Tidak melepaskan partikel; Umumnya tidak memerlukan perawatan; Cukup tangguh; Sukar diperbaiki bila kena benturan; Rongga pada sambungan ditutup misalnya dengan bahan karet silikon yang fleksibel. |
Daerah produksi kelas E dan steril
|
Langit-Langit
|
Beton yang dicat
dengan bahan poliakrilik, enamel polimer tinggi atau epoksi. |
Sukar untuk memodifikasi saluran listrik dan saluran udara;
Dirancang untuk menahan beban berat; Ruangan di atasnya dapat digunakan untuk penempatan
saluran udara dan layanan lain.
|
Daerah steril, daerah pengo-lahan dan pengisian aseptik.
|
Gypsum dilapisi cat poliakrilik
|
Membutuhkan baja penopang; Tidak dapat menahan beban berat; Sambungan perlu ditutup dengan karet silikon untuk
pencegahan pencemaran dari ruang di atasnya; Tidak
cocok untuk ruangan pengolahan steril yang
mempersyaratkan permukaan monolitik.
|
Daerah produksi
kelas E |
|
Panel logam yang
dicat dengan powder coating, anodized aluminium, atau baja tahan karat |
Tidak melepaskan partikel; Umumnya tidak memerlukan perawatan; Cukup tangguh; Sukar
diperbaiki bila kena benturan; Rongga pada
sambungan ditutup misalnya dengan bahan karet silikon yang fleksibel; Mudah dan rapih untuk pemasangan outlet supply udara dan
lam.
|
Daerah steril
|
F.
Prosedur Pembuatan Sediaan
1.
Evaluasi Granul
a. Analisis Ukuran
Partikel
Alat yang digunakan yaitu susunan ayakan berbagai
nomor mesh atau sieve shaker. Mesh terbesar di letakan paling atas dan di
bawahnya di susun pengayak dengan mesh yang makin kecil. Adapun langkah
pengerjaannya, yaitu:
1)
Ditimbang 100 gram granul.
2)
Diletakkan granul pada pengayak paling atas.
3)
Digetarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari
ketahanan granul pada getaran.
4)
Ditimbang granul yang tertahan pada tiap-tiap
pengayak.
5)
Dihitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak.
Rumus
persentase granul:
n % =
x
100%
D =
Keterangan:
a =
Berat Residu
b =
Diameter ayakan
Syarat: Nilai granul yang baik yaitu
< 2,5
b. Uji Sudut Istirahat
Alat
yang digunakan yaitu tabung silinder berukuran tertentu, di letakkan pada
permukaan horizontal. Serbuk yang akan di tentukan sebanyak 100 g di masukkan
kedalam tabung. Permukaan serbuk di ratakan. Tabung silinder perlahan di
angkat sampai serbuk meninggalkan tabung, kemudian tinggi puncak tumpukan
serbuk dan diameternya di ukur.
Rumus untuk mengetahui nilai sudut
istirahat:
Tg
α =
Syarat:
Nilai α
|
Keterangan
|
25-30°
|
Sangat mudah mengalir
|
30-40°
|
Mudah mengalir
|
40-45°
|
Mengalir
|
>45°
|
Kurang mengalir
|
c.
Uji
Kecepatan Alir
Alat yang
digunakan yaitu corong pisah alat uji waktu alir. Adapun langkah pengerjaanya,
yaitu:
1)
Granul di timbang sebanyak 100 g,
lalu di masukkan kedalam corong pisah yang lubang bawahnya ditutup, kemudian di
ratakan. Pada bagian bawah corong di beri alas. Tutup di buka hingga granul
mulai meluncur. Waktu yang di butuhkan oleh granul untuk mengalir di catat.
Kecepatan alir di hitung dengan membagi bobot granul dengan waktu yang di
butuhkan untuk mengalir.
2)
Hasil di nyatakan dalam
satuan g/det.
Syarat:
Kecepatan
aliran yang ideal adalah 10 g/det. Biasanya jika 100 g granul mengalir dalam 10
detik maka aliran baik.
d. LOD (Lost On Drying)
Alat yang digunakan yaitu Moisture
Balance. Kadar air di tentukan dengan menimbang granul dalam keadaan basah dan
setelah di keringkan. Kadar air di nyatakan sebagai LOD (Lost On Drying)/susut
pengeringan.
% KB =
x
100
%
% KL =
x 100
%
Keterangan:
Wa = W – W1
% KB =
Kandungan bobot
% KL =
Kandungan
lembab
W =
Bobot mula-mula
W1 = Bobot setelah pengeringan
Penentuan
dilakukan dengan menggunakan 5 gram
granul yang diratakan pada piring logam, kemudian dimasukkan dalam alat
penentuan kadar air (Moisture Ballance). Diatur panas yang digunakan (70°C)
lalu diamkan beberapa waktu sampai di peroleh angka yang tetap (dalam bentuk
%). Piring logam di panaskan hingga bobot tetap sebelum digunakan.
Syarat: 2-4%.
e. Uji Bobot Jenis Sejati
Alat yang
digunakan yaitu piknometer. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Dicatat
volume piknometer kosong (a)
2)
Dicatat
berat piknometer kosong (b)
3)
Dimasukkan
parafin cair ke dalam piknometer lalu ditimbang (c)
Bj parafin =
Bj sejati =
f.
Bobot
Jenis Nyata
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur.
Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Dimasukkan
100 gram granul ke dalam gelas ukur.
2)
Dicatat
volumenya dan ditimbang bobot granul.
3)
Dihitung
bobot jenis nyata dengan persamaan:
P =
g.
Bobot
Jenis Mampat
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur dan
corong pisah. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Sejumlah gram granul di masukkan
kedalam gelas ukur pada alat dengan menggunakan corong panjang. Dicatat
volumenya (Vo).
2)
Gelas ukur di ketuk-ketukkan
sebanyak 500 kali. Catat volumenya (V500).
3)
Ditimbang bobot granul yang di
gunakan untuk pengujian ini.
4)
Dihitung bobot jenis mampat dengan
persamaan berikut ini:
P =
h. Kompresibiltas
Alat yang digunakan
yaitu gelas ukur dan jolting volumeter. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Ditimbang 100
gram granul lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya.
2)
Kemudian
granul dimampatkan dengan pengetukan 500 kali ketukan dengan alat uji lalu
dicatat volume uji sebelum dimampatkan (Vo).
3)
Volume setelah
dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Rumus kompresibiltas:
I
=
x 100%
Keterangan:
I =
% Kompresibilitas
Vo = Berat jenisnya sebelum pemampatan
V = Berat jenis nyata setelah pemampatan
500 x
Syarat:
% K
|
Keterangan
|
5-10%
|
Aliran
sangat baik
|
11-20%
|
Aliran
cukup baik
|
21-25%
|
Aliran
cukup
|
2.
Cara Kerja
a.
Disiapkan alat dan
bahan.
b.
Diayak semua bahan yang
digunakan.
c.
Ditimbang semua bahan
seperti : asam mefenamat 45 g, amilum solani 2,25 g, laktosam monohidrat 5,25
g, HPMC 3,75 g, dan talk 3,75 g.
d.
Asam sitrat monohidrat
dijadikan serbuk kemudian dicampurkan dengan zat tambahan lainnya beserta asam
tartat (setelah disalurkan melewati ayakan no. 60 mesh) agar pencampuran
homogen.
e.
Diaduk secara cepat dan
dalam lingkungan yang kelembapannya relatif rendah, kelembapan relatif 25%
untuk mencegah terhisapnya uap udara oleh bahan kimia sehingga terjadi reaksi
dini.
f.
Setelah diaduk, serbuk
diletakkan diatas nampan dan dipanaskan dalam oven pada suhu 34-40°C.
Dibolak-balik dengan memakai spatel tahan panas.
g.
Saat pemanasan
berlangsung, serbuk menjadi seperti spon dan setelah mencapai kepadatan yang
tepat (seperti adonan roti), serbuk dikeluarkan dari oven dan dilewatkan dalam
ayakan tahan asam untuk membuat granul yang diinginkan
h.
Granul dicampur dengan
lubrikan (PEG 8000) kemudian dikempa sesuai ukuran.
3.
Evaluasi Tablet
a.
Keseragaman Ukuran
Tablet
Alat yang digunakan adalah jangka
sorong. Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Diambil 20 tablet
kemudian diukur diameter dan ketebalan tablet tersebut.
2)
Dihitung rata-ratanya.
Syarat:
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
tebal tablet.
b.
Keseragaman Bobot
Alat yang digunakan yaitu alat penimbang
seperti neraca analitik atau ? Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Ditimbang 20 tablet
satu persatu
2)
Dihitung bobot
rata-ratanya dan penyimpangan bobot rata-ratanya. Persyaratan keseragaman bobot
terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A, dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
3)
Apabila tidak mencukupi
dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.
Bobot Rata-Rata
|
Penyimpangan Bobot
Rata-Rata Dalam %
|
|
A
|
B
|
|
25
mg atau kurang
|
15%
|
30%
|
26
mg-150 mg
|
10%
|
20%
|
151
mg-300 mg
|
7,5%
|
15%
|
Lebih
dari 300 mg
|
5%
|
10%
|
c.
Kekerasan tablet
Alat yang digunakan yaitu hardness
tester. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak
rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan
tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet.
Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Diambil 20 tablet lalu
diukur kekerasan menggunakan alat hardness tester
2)
Dihitung rata-rata dan
standar deviation (SD)
Syarat:
Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2.
d.
Keregasan
(Friability)
Alat yang digunakan yaitu friability
tester. Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.
Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet
akan dilapisi (coating). Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan
kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan
abrasi pada permukaan tablet.
Adapun langkah pengerjaannya, yaitu:
1)
Tablet yang akan diuji
sebanyak 20 tablet terlebih dahulu dibebaskan dari debu kemudian ditimbang.
2)
Tablet tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam friabilator dan diputar sebanyak 100 putaran (4
menit).
3)
Tablet tersebut
selanjutnya ditimbang kembali dan dihitung persentase kehilangan bobot sebeleum
dan sesudah perlakuan.
Syarat:
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%.
e.
Waktu Hancur
Alat
yang digunakan yaitu desintegrator tester. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji
waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal
pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
Adapun
langkah pengerjaannnya, yaitu:
1)
Tablet yang akan diuji
sebanyak 6 tablet dimasukkan dalam tube.
2)
Ditutup dengan penutup
dan dinaik-turunkan ke keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37°C.
3)
Dalam monografi lain
disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
4)
Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Syarat: Waktu hancur untuk tablet tidak
bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut non
enterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam dan segera hancur dalam medium
basa.
f.
Uji Disolusi
Alat yang
digunakan ada 2 macam yaitu alat tipe 1 yaitu keranjang dan alat tipe 2 yaitu
dayung. Media disolusi dan kecepatan perputaran alat diatur dalam monografi.
Uji disolusi
adalah evaluasi apakah suatu tablet melepas kandungan obatnya (laju larut obat
dari tablet).
1)
Metode Keranjang
Sebuah tablet
diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian bawah
suatu batang logam yang dihubungkan pada sebuah motor yang kecepatannya dapat
diatur. Keranjang itu dicelupkan ke dalam medium disolusi yang terdapat di
dalam labu 1000 ml. suhu labu dipertahankan 37°C ±0,5°C.
Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang
dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan Media
disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar, tidak kurang 1 cm dari
dinding wadah.
2)
Metode Dayung
Alat ini sama
dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan pedal yang dibentuk dari
daun dan batang logam sebagai elemen
pengaduk (alat dayung). Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke dasar labu sebelum
diaduk. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat
berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
G. Uji
Mutu Farmasetik Sediaan Akhir
Pengawasan mutu merupakan bagian yang
esensial dari cara pembuatan obat yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung
jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan
produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi (Bakti
Husada, 2016; 4).
H. Pengemasan
Sediaan Jadi
Pengemasan sedian tablet salut selaput
yaitu dalam wadah yang kedap udara, disimpan pada tempat yang kering dan sejuk
(Sweetman, 2009; 687).
I.
Daftar Pustaka
Anief, Muhammad. 2012. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.
Jakarta: UI Press.
Bannwarth B. 2016. Plasma and Cerebrospinal Fluid Concentrasions of Paracetamol After a
Single Intravenous Dose of Propacetamol. Bitish Journal Of Clinical
Pharmacology.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: DEPKES RI.
Hadisoewignyo,
Lannie. 2013. Sediaan Solida.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
HK Patel, dkk. 2012. International Journal for Pharmaceutical
Research Scolars (IJPRS). India: Manuscript.
Insel,
Raynold. 1998. Paracetamol. IARC
Monoraphis Volume 73.
Kania, Nia. 2011. Penatalaksanaan Demam Pada Anak. Klinik Penanganan Kejang Pada
Anak.
Kasr, Alainy. 2010. Paracetamol
Volume 1 Issue. Drug Information Center.
Lachman, Leon dkk. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.
MIMS, 2015. MIMS
Edisi Bahasa Indonesia Volume 12. Jakarta: BIP Gramedia.
Pelayanan Informasi
Obat. Bakti Husada: DEPKES RI.
Purwandari, Esti. 2007. Optimasi Campuran Asam Sitrat dan Natrium
Bikarbonat Sebagai Eksipien dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Secara Granulasi Basah dengan Metode Desain
Faktorial.
Sultana, Rehana. 2014. Preparation and Evaluation of Paracetamol
Effervescent Tablets Under Normal and Exaggreted Storange Conditions.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale Thirty-Sixth Edition. London,
Chicago: Pharmaceutical Press.
Syamsuni. 2006. Farmasetika
Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Tierney. 2014. Tierney, L.M., Current
Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, Mc Graw-Hill Inc, 2004, p. 1555-1556.
Wijayanti, Diana. 2013. Efek Analgesik Ekstrak Air Daun Salam
(Syzygium polyanthum) pada Mencit dengan Metode Geliat. Surakarta: UMS.
LAMPIRAN
a.
Evaluasi Granul
1. Analisis
Ukuran Partikel
2. Sudut
Istirahat
3. Kecepatan
Alir
4. Bobot
Jenis Sejati
Dik:
a) Piknometer
kosong =
24,3051 gram
b) Piknometer
+ parafin cair =
49,1217 gram
c) Piknometer
+ serbuk atau granul =
25,2900 gram
d) Piknometer
+ parafin cair + serbuk atau granul =
49,3907 gram
Bj parafin =
=
49,1217 g – 24,3051 g
25
=
24,8166 g
25
= 0,992664 g
Bj sejati =
=
(25,2900 g – 24,3051 g) +
0,992664 g
(25,2900 g + 49,1217 g) – (24,3051 g + 49,3907
g)
= 0,9849 g + 0,992664 g
74,4117
– 73,6958
= 1,977564 g
0,7162 g
= 2,7611 g
Gambar:
a.
Penimbangan Piknometer
Kosong
LABORATORIUM
FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
|
|
Penimbangan
Piknometer kosong
|
b.
Penimbangan Piknometer
+ Parafin Cair
LABORATORIUM
FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
|
|
Penimbangan
Piknometer + Parafin Cair
|
c.
Penimbangan Piknometer
+ Serbuk Avisel
LABORATORIUM
FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
|
|
Penimbangan
Piknometer + Serbuk Avisel
|
d.
Penimbangan Piknometer
+ Parafin Cair + Serbuk Avisel
LABORATORIUM
FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
BOBOT JENIS SEJATI
|
|
Penimbangan
Piknometer + Parafin Cair + Serbuk Avisel
|
5. LOD
(Lost On Drying)
Dik:
W1 = 5 gram
W2 = 4,8235 gram
Rumus:
LOD = W1 – W2
W1
=
5 g – 4,8235 g
5
g
= 0,0353 g
Gambar:
a.
Penimbangan awal serbuk
avisel
LABORATORIUM
FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
LOD ((Lost On Drying)
|
|
Penimbangan Awal Serbuk
Avisel
|
b.
Penimbangan serbuk
avisel setelah dimasukkan ke dalam oven
LABORATORIUM
FARMASETIKA
EVALUASI GRANUL
LOD ((Lost On Drying)
|
|
Penimbangan Akhir
Serbuk Avisel (Setelah Dimasukkan ke dalam Oven)
|
0 komentar:
Posting Komentar