BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap individu
diciptakan dengan sistem indera yang digunakan yang lengkap untuk mampu berinteraksi
dengan keadaan lingkungan sekitar, yang dapat
diperoleh melalui indera, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Informasi
tersebut dihantarkan ke otak untuk diolah dan diartikan sehingga individu dapat
melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Jadi, masing-masing alat
indra memiliki kepekaan terhadap rangsangan dari luar yang disebut reseptor
(Setiadi, 2007: 209).
Alat
indera kita memiliki bagian yang dapat menerima rangsang berupa ujung-ujung
saraf sensorik atau sel-sel reseptor. Satu macam reseptor hanya mampu
menanggapi satu macam rangsangan, rangsangan
yang diterima oieh sel reseptor terlebih dulu diubah menjadi impuls saraf dan kemudian dihantarkan ke pusat susunan saraf
melalui serabut saraf sensorik. Di dalam pusat susunan saraf, impuls saraf
tersebut diolah dan diartikan sehingga individu mengetahui apa yang terjadi di
sekitar kita. Setelah itu, otak memerintahkan jenis tanggapan yang akan
diberikan. Perintah dari otak disampaikan ke otot atau kelenjar sebagai efektor
yang bertugas memberi tanggapan terhadap rangsang tersebut (Setiadi, 2007:
209).
Tubuh
manusia mempunyai indera yang berfungsi sebagai reseptor atau penerima
rangsangan dari lingkungan sekitar. Manusia mempunyai lima macam indera yaitu
indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera
penciuman/pembau (hidung), indera pengecap (lidah), dan indera peraba (kulit) (Setiadi,
2007: 209).
Adapun hubungan percobaan dalam bidang farmasi yaitu karena
dalam bidang farmasi juga diperlukan pengetahuan mengenai sistem indera yang
berhubungan dengan pemerian obat dan mekanisme kerja obat terhadap sistem
indera tersebut.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1.
Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
indera.
2.
Tujuan Percobaan
a. Mengetahui
bagian-bagian organ dari setiap sistem indera.
b. Mengetahui
proses impuls dari organ-organ sistem indera.
c. Mengetahui
penyakit-penyakit yang timbul pada sistem indera.
C. Prinsip Percobaan
1.
Indera Penglihatan





2. Indera Pengecap
Penentuan rasa dari bahan percobaan yang diujikan kepada
probandus dalam keadaan mata tertutup.
3.
Indera Pembau
Penentuan aroma dari bahan percobaan yang diujikan kepada
probandus dalam keadaan mata tertutup.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori Umum
Sistem indera pada manusia dibagi menjadi :
1. Indera Penglihatan (Mata)
Mata adalah
organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya. Bola mata
terletak di dalam rongga mata dan beralaskan lapisan lemak. Bola mata
dapat bergerak dan diarahkan kesuatu arah dengan bantuan tiga otot
penggerak mata, yaitu (Arrington, 1972: 139) :
Ø Muskulus
rektus okuli medial (otot di sekitar mata), berfungsi menggerakkan bola
mata.
Ø Muskulus
obliques okuli inferior, berfungsi menggerakkan bola mata ke bawah dan ke
dalam.
Ø Muskulus
obliques okuli superior, berfungsi memutar mata ke atas dan ke bawah.
Selain itu,
ada otot mata yang berfungsi menutup mata dan mengangkat kelopak mata.
Otot yang berfungsi untuk menutup mata yaitu muskulus orbikularis okuli
dan muskulus rektus okuli inferior. Sedangkan otot mata yang
berfungsi mengangkat kelopak mata, yaitu muskulus levator
palpebralis superior (Arrington, 1972: 139).
Bola mata
tersusun oleh selaput mata yang terdiri atas tiga lapisan, yaitu sklera
atau selaput putih, koroid atau selaput hitam, dan selaput retina atau selaput jala.
a.
Selaput putih
Selaput
putih (sklera) adalah bagian luar dari bola mata yang tersusun dari zat
tanduk dan merupakan lapisan yang kuat dan berwarna putih. Fungsi dari
selaput ini adalah melindungi struktur mata yang sangat halus dan
membantu mempertahankan bentuk biji mata s klera akan membentuk kornea. Kornea
adalah lapisan bening dan transparan yang berfungsi menerima cahaya
yang masuk ke mata, kornea dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
konjungtiva. Kornea juga akan selalu dibasahi oleh air mata.
b.
Selaput hitam
Selaput
hitam (koroid) merupakan lapisan tengah dari bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah. Fungsi dari selaput ini adalah memberi nutrisi
dan oksigen ke mata serta menyerap cahaya dan mengurangi cahaya yang
memantul di sekitar mata bagian dalam.
Pupil adalah celah yang berada di
bagian tengah iris. Fungsinya adalah untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata.
Jika cahaya redup, otot-otot iris berkontraksi sehingga celah pupil
melebar dan cahaya yang masuk ke mata lebih banyak. Sebaliknya, jika cahaya terang celah pupil akan menyempit
dan cahaya yang masuk ke mata lebih sedikit atau tidak berlebihan.
Lensa mata berada di belakang iris, lensa mata memiliki daya akomodasi
yaitu kemampuan untuk mencembung (menebal) dan mencekung (menipis).
Mencembung dan mencekungnya lensa mata ditentukan oleh jarak benda
yang dilihat. Jarak benda yag dapat dilihat oleh mata normal dengan jelas
disebut dengan titik dekat mata. Sedangkan jarak terjauh yang masih dapat
dilihat oleh mata normal dengan jelas disebut titik jauh mata. Jarak
titik jauh pada mata normal adalah tak terhingga.
c.
Selaput jala
Selaput jala
disebut juga retina, retina adalah
lapisan paling dalam pada mata yang peka terhadap cahaya. Retina ini
memiliki sel-sel saraf, pada retina
terdapat bintik kuning dan bintik buta. Bintik kuning adalah bagian
retina yang paling peka terhadap cahaya karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel
saraf yang berbentuk cerucut dan batang. Seseorang bisa melihat apabila
bayangan jatuh pada titik ini. Pada bintik kuning terdapat sel
kerucut dan sel batang. Fungsi dari sel kerucut dan sel batang (Arrington, 1972:
142) :
1)
Sel kerucut berfungsi untuk melihat di tempat
yang terang, sel ini memerlukan protein iodopsin.
2)
Sel batang berfungsi untuk melihat di tempat
yang gelap, sel ini memerlukan protein mata yang disebut rodopsin.
Rodopsin dapat terbentuk apabila terjadi penggabungan iodopsin dan vitamin
A.
Bintik buta
adalah bintik pertemuan saraf-saraf atau tempat keluarnya saraf mata
menuju otak. Bintik buta tidak mengandung sel batang dan sel kerucut
sehingga tidak dapat menanggapi rangsangan cahaya (Arrington, 1972: 142).
Mekanisme kerja penglihatan yaitu mata bisa
melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan oleh
benda tersebut ke mata. Jika tidak ada cahaya yang dipantulkan benda, maka
mata tidak bisa melihat benda tersebut. Proses mata melihat benda adalah
sebagai berikut (Moriwaki, 1994: 257) :
a. Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap
oleh mata, menembus kornea dan diteruskan melalui pupil.
b. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan menembus
lensa mata.
c. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur
cahaya supaya jatuh tepat di bintik kuning.
d. Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel
kerucut dan sel batang, kemudian disampaikan ke otak.
e. Cahaya yang disampaikan ke otak akan
diterjemahkan oleh otak sehinga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.
2. Indera Pendengaran dan Keseimbangan (Telinga)
Telinga
merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa gelombang
suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi antara
20-20.000 Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga berfungsi
menjaga keseimbangan tubuh manusia (Pearce, 2009: 325).
a.
Bagian-bagian telinga (Pearce, 2009: 325) :
Telinga
manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian
tengah, dan bagian dalam.
1.
Telinga bagian luar
Telinga
bagian luar terdiri atas:
§
Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
§
Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi
menyalurkan getaran.
§
Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang masuk
sebagai pembawa gelombang suara.
§
Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi
menerima dan memperbesar getaran suara.
2. Telinga
bagian tengah
§
Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam
membran timpani. Fungsi dari telinga bagian tengah adalah untuk meneruskan
getaran dari suara telinga bagian luar ke telinga bagian dalam. Pada telinga
tengah terdapat saluran Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
§
Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan
udara di telinga tengah sehingga tekanan udara di luar dan di dalam akan sama.
Keseimbangan tekanan ini akan menjaga gendang telinga supaya tidak rusak.
Saluran ini akan tertutup dalam keadaan biasa, dan akan terbuka jika kita
menelan sesuatu.
§
Tulang pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan
memperbesar getaran ke telinga bagian dalam. Tulang pendengaran ada tiga, yaitu
tulang martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi. Tulangtulang ini
menghubungkan gendang telinga dan tingkap jorong.
3. Telinga
bagian dalam
- Telinga
bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat pendengaran
oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai berikut.
§
Tingkap jorong, berfungsi menerima dan menyampaikan
getaran.
§
Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar,
dan menyampaikan getaran suara ke saraf pendengaran. Di dalam saluran
rumah sifut terdapat cairan limfe dan terdapat ujung-ujung saraf pendengaran.
§
Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui posisi tubuh dan menjaga keseimbangan.
b. Mekanisme kerja pendengaran
Suara yang
kita dengar akan ditangkap oleh daun telinga, kemudian sampai ke gendang
telinga sehingga membuat gendang telinga bergetar. Getaran ini diteruskan oleh
tiga tulang pendengaran ke tingkap jorong dan diteruskan ke rumah siput. Di
dalam rumah siput, cairan limfe akan bergetar sehingga meransang ujung-ujung saraf
pendengaran dan menimbulkan impuls saraf yang ditujukan ke otak (Pearce, 2009:
330).
Di dalam
otak, impuls tersebut akan diolah sehingga kita bisa mendengar dan mengenali
suara tersebut.
Selain
sebagai indera pendengar, telinga juga berfungsi sebagai indera keseimbangan.
Letak indera keseimbangan terdapat di dalam ampula, yaitu pangkal dari tiga
saluran setengah lingkaran yang menggembung. Di dalam ampula terdapat sel-sel
rambut yang peka terhadap gravitasi. Bila kepala menggeleng, arah sel-sel
rambut berubah. Perubahan ini diterima oleh sel-sel saraf kemudian diteruskan
ke otak.
c. Gangguan pada
Telinga
Ada dua
penyebab gangguan telinga, yaitu gangguan penghantar bunyi dan gangguan saraf.
Gangguan telinga yang disebabkan oleh gangguan saraf dan gangguan penghantar
bunyi bisa diatasi menggunakan alat pendengaran buatan. Alat ini mampu
memperbesar gelombang suara sebelum suara masuk ke telinga. Ada bermacam
gangguan telinga, yaitu (Pearce, 2009: 335) :
1.
Tuli, tuli ada dua macam yaitu:
§
Tuli konduktif, terjadi karena gangguan transmisi
suara ke dalam koklea misalnya kotoran yang menumpuk, nanah yang memenuhi
telinga tengah pada peradangan menimbulkan kerusakan pada tulang- tulang
pendengaran.
§
Tuli saraf, bila terjadi kerusakan koklea atau saraf
pendengaran.
Ganguan
telinga disebabkan oleh luka pada telinga bagian luar yang telah terinfeksi
atau otitis sehingga mengeluarkan nanah. Gangguan ini dapat bersifat permanent
jika terjadi infeksi yang sangat parah. Penderita ini harus segera memeriksakan
telinganya pada dokter supaya bisa cepat disembuhkan. Penumpukan kotoran
sehingga menghalangi getaran suara untuk sampai ke gendang telinga. Oleh karena
itu, kita harus membersihkan telinga dari kotoran dengan kapas minimal satu
kali dalam seminggu.
2.
Kerusakan gendang telinga, misalnya gendang telinga
pecah
Pecahnya
gendang telinga bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu kapasitas suara yang
didengar terlalu kuat dan terkena suatu benda yang tajam, misalnya membersihkan
telinga dengan peniti atau lidi sehingga menyentuh gendang telinga dan
menyebabkan gendang telinga menjadi sobek. Gendang telinga sangat tipis sekali.
Ø Otosklerosis,
adalah kelainan pada tulang sanggurdi yang ditandai dengan gejala tinitus
(dering pada telinga) ketika masih kecil.
Ø Presbikusis,
adalah perusakan pada sel saraf telinga yang terjadi pada usia manula.
Ø Rusaknya
reseptor pendengaran pada telinga bagian dalam akibat dari mendengarkan suara
yang amat keras.
3. Indera penciuman/pembau (Hidung)
Hidung
adalah alat indera yang menanggapi rangsangan berupa bau atau zat kimia
yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang
dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut
halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi
sebagai pelembab rongga hidung. Daerah yang sensitif terhadap bau terletak pada
bagian atap rongga hidung. Pada daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel
sebagai berikut (Hau, 2003: 109) :
1.
Sel penyokong berupa epitel-epitel.
2.
Sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel
saraf.
Sel-sel
pembau mempunyai ujung dendrit berbentuk rambut. Adaptasi terhadap bau-bauan
mula-mula berjalan cepat dalam 2 – 3 detik, tetapi kemudian berjalan lebih
lambat. Keistimewaan indera pembau manusia adalah dapat membaui sesuatu walau
kadarnya di udara sangat sedikit. Beberapa hewan memiliki indera pembau yang
lebih sensitif karena mempunyai reseptor pembau lebih banyak.
Pada saat
kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke dalam hidung kita. Zat
kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian
akan meransang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan meneruskan
rangsangan ini ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa mengetahui jenis bau
dari zat kimia tersebut.
Gangguan
pada hidung biasanya disebabkan oleh radang atau sakit pilek yang menghasilkan
lendir atau ingus sehingga menghalangi bau mencapai ujung saraf pembau.
Gangguan lain juga bisa disebabkan oleh adanya kotoran pada hidung dan bulu
hidung yang terlalu banyak. Kita harus selalu membersihkan hidung dari kotoran
dan merapikan bulubulunya supaya penciuman kita tidak terganggu. Indera pembau
pada hidung dapat mengalami kelainan, antara lain (Hau, 2003: 111) :
1) Anosmia, ialah tidak dapat mencium bau. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung karena polip atau tumor, atau
reseptor pembau rusak karena infeksi virus.
2) Influenza, karena virus flu yang menyebabkan
tersumbatnya rongga hidung sehingga menyebabkan kemampuan membaui dan mengecap
berkurang.
4. Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah
alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia larutan. Lidah
memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan penuh dengan
bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat reseptor
yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap atau
kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf yang
terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki
tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak
kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bagian berbentuk bundar yang
terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang
berfungsi sebagai reseptor (Pearce, 2009: 310).
Ganguan yang
bersifat permanent misalnya terjadi padan orang yang mengalami trauma pada
bagian tertentu otak. Pada lidah juga sering terjadi iritasi karena luka atau
kekurangan vitamin C (Pearce, 2009: 311).
5. Indera Peraba (Kulit)
Selain
menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung saraf sebagai reseptor
peraba. Kulit adalah alat indera yang
peka terhadap rangsangan berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri
atau sakit. Kepekaan tersebut disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf yang
ada pada kulit. Biasanya ujung saraf indera peraba ada dua macam, yaitu
ujung saraf bebas yang mendeteksi rasa nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang
berselaput (berpapilia). Sel peraba juga terdapat pada pangkal rambut. Sehingga
bila rambut yang muncul di permukaan kulit tersentuh oleh suatu benda, sel-sel
saraf akan terangsang (Sulaksono, 1987: 87).
Kulit
merupakan organ tubuh yang paling luas, pada orang dewasa luasnya sekitar 1,9
m2. Meskipun seluruh permukaan kulit mempunyai reseptor peraba, keberadaan
ujung-ujung saraf ini tidak merata pada berbagai alat tubuh. Permukaan kulit
yang mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba ialah ujung jari telunjuk,
telapak tangan, telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan. Oleh karena itu
daerah-daerah ini sangat peka terhadap rangsangan berupa sentuhan. Seorang tuna
netra memanfaatkan kepekaan indera perabanya untuk membaca huruf Braille
(Sulaksono, 1987: 87).
Kulit dapat
mengalami gangguan dan kelainan. Kelainankelainan pada kulit antara lain
(Sulaksono, 1987: 87) :
1) Jerawat (acne) Ialah suatu peradangan dari kelenjar
sebasea terutama di daerah wajah, leher, dada, dan punggung. Biasanya jerawat
terjadi sewaktu pubertas karena waktu pubertas terjadi perubahan komposisi
hormon. Hormon akan merangsang pertumbuhan dan aktivitas kelenjar sebasea.
Kelenjar sebasea memproduksi lemak bersama keringat. Lemak merupakan media yang
cocok bagi pertumbuhan bakteri.
2) Dermatitis, ialah suatu peradangan pada permukaan
kulit yang biasanya terasa gatal dengan tanda-tanda merah, bengkak, melepuh,
dan berair. Ini dapat disebabkan terkena zat kimia (karbol, sabun, cat rambut,
dan lainlain) atau berkaitan dengan kondisi tubuh.
B. Uraian Bahan
1. Apel (Dalimartha,
2003: 10)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub
divisi : Dicotyledonae
Class : Dicotyledonae
Sub class : Diallypetalae
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Phyrus
Spesies :
Phyrus malus
2. Belimbing (Dalimartha, 2003: 23)
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub
divisi : Dicotyledonae
Class : Dicotyledonae
Sub
class : Diallypetalae
Ordo : Geranlales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies :
Averrhoa bilimbi
3. Coklat (Dalimartha, 2003: 33)
Regnum :
Plantae
Division :
Spermatophyta
Sub
division : Angiospermaae
Class : Dicotyledonae
Sub
class : Diallypetalae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies :
Theobroma cacao L.
4. Jeruk
(Dalimartha, 2003: 15)
Regnum :
Plantae
Division :
Spermatophyta
Sub
division : Angiospermaae
Class : Dicotyledonae
Sub
class : Diallypetalae
Ordo : Sapindales
Family : Rudaceae
Genus : Citrus
Spesies :
Citrus sinensis
5. Lengkeng
(Dalimartha, 2003: 57)
Regnum :
Plantae
Division :
Spermatophyta
Sub
division : Angiospermaae
Class : Dicotyledonae
Sub
class : Diallypetalae
Ordo : Sapindales
Family : Sapindaceae
Genus : Euphoria
Spesies :
Euphoria sinensis
6. Pare
(Dalimartha, 2003: 77)
Regnum :
Plantae
Division :
Spermatophyta
Sub
division : Angiospermaae
Class : Dicotyledonae
Sub
class : Diallypetalae
Ordo : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies :
Momordica charantia L.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang
digunakan
Adapun alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah mistar, karton, dan piring.
2.
Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah apel, buah
belimbing, buah coklat, buah jeruk, buah lengkeng, buah mangga, buah pare, pancake
durian, fresh care, kopi, bon cabe, cuka, dan terasi.
B.
Cara Kerja
1. Indra
Pengecapan
a.
Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil semua
bahan yang telah diletakkan dalam piring
c. Dicampurkan
semua bahan secara merata
d. Probandus
mengecap bahan yang telah dicampurkan
e. Dicatat hasil
yang diperoleh
2. Indera
penciuman
a. Disiapkan alat
dan bahan yang digunakan
b. Ditutup mata
probandus
c. Dilakukan uji
penciuman pada masing-masing probandus dengan mendekatkan
d. Dicatat hasil yang diperoleh
3. Indera
penglihatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diuji setiap probandus dengan cara membaca isi
kertas bintik buta
c. Diuji probandus dengan membaca membaca bintik
buta dalam jarak jauh dan dekat
d. Dicatat hasil yang diperoleh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel
pengamatan
1. Indera pengecap (Lidah)
No.
|
Sampel
|
Probandus
|
|||||
Rifdah
|
Asmira
|
Bajiah
|
Fajar
|
Assadira
|
Jumasni
|
||
1.
|
Pare
|
+
|
|||||
2.
|
Kopi
|
||||||
3.
|
Jeruk
|
++
|
++
|
++
|
|||
4.
|
Lengkeng
|
||||||
5.
|
Apel
|
++
|
|||||
6.
|
Bon cabe
|
+++
|
+++
|
||||
7.
|
Belimbing
|
++++
|
|||||
8.
|
Mangga
|
++++
|
|||||
9.
|
Coklat
|
++
|
Ket : + : Pahit
++ : Manis
+++ : Pedas
++++ : Asam
+++++ : Asin
2. Indera Penciuman (Hidung)
No.
|
Probandus
|
Sampel
|
Keterangan
|
|||
Durian
|
Cuka
|
Terasi
|
Fresh care
|
|||
1.
|
Anisa Amir
|
√
|
Tajam
|
|||
2.
|
Hartina A.
|
√
|
Menyengat
|
|||
3.
|
Andi Ayu
|
√
|
Aromatik
|
|||
4.
|
Filik A.
|
√
|
Tajam
|
|||
5.
|
Yuri Erika
|
√
|
Asam
|
3.
Indera Penglihatan (Mata)
No.
|
Probandus
|
Mata Kanan (cm)
|
Mata Kiri (cm)
|
Rata-rata (mata)
|
|||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
Kanan
|
Kiri
|
||
1.
|
Nur Rahmah
|
27
|
26
|
23,5
|
26
|
25
|
21
|
60,83
|
58
|
2.
|
Fajar Amrah
|
23
|
25,5
|
24
|
24,5
|
24,5
|
24
|
56,5
|
55,5
|
3.
|
Mujizari
|
40,5
|
42
|
55
|
49,5
|
49,5
|
45
|
100,83
|
44
|
4.
|
Jumasni
|
22
|
42
|
31
|
25
|
25
|
38
|
74,33
|
66,67
|
B. Pembahasan
Tubuh
manusia mempunyai panca indra, yaitu mata, telinga, kulit, lidah, dan hidung.
Dengan memiliki indra tersebut, maka manusia mampu mengenal lingkungannya dan
memberikan respons terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
tersebut (Arrington, 1972: 138).
Alat indera adalah organ yang
berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organisme mrmiliki
reseptor sebagai lat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari
dalam maupun dari luar (Arrington, 1972: 138).
Reseptor
diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya (Arrington, 1972:
139-140) :
- Kemoreseptor berfungsi sebagai penerima rangsang
zat kimia, contohnya bau dan rasa.
- Fotoreseptor berfungsi sebagai penerima
rangsangan cahaya yang berupa energi elektromagnetik.
- Audioreseptor berfungsi sebagai penerima
rangsangan suara.
- Mekanoreseptor berfungsi sebagai penerima
rangsangan fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran.
- Eksoreseptor berfungsi mengenali perubahan
lingkungan luar.
- Interoreseptor berfungsi untuk mengenali
lingkungan dalam tubuh. Interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia.
Eksoreseptor
yang kita kenal ada lima macam, yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar
(telinga), indra peraba (kulit), indra pengecap (lidah), indra pembau (hidung)
(Arrington, 1972: 139-140).
Pada
percobaan ini dilakukan pengujian terhadap tiga alat indera yaitu indera
pengecapan (lidah), indera penglihatan (mata), dan indera penciuman (hidung).
Dimana pada pengujian terhadap indera pengecapan (lidah) dilakukan pengujian
dengan cara menentukan rasa, dan indera penciuman (hidung) dilakukan pengujian
dengan cara menentukan aroma, serta pada pengujian terhadap indera penglihatan
(mata) dilakukan pengujian bintik buta.
Adapun alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah mistar dan kertas. Dan bahan yang digunakan dalam
percobaan yaitu buah apel, belimbing, bon cabe, cuka, coklat, durian,
freshcare, jeruk, kopi, lengkeng, mangga, paria, dan terasi.
Adapun cara kerja pada
percobaan ini yaitu pada indra pengecapan: disiapkan alat dan bahan, diambil
semua bahan yang kemudian diletakkan dalam piring, dicampurkan semua bahan
secara merata, probandus mengecap bahan yang telah dicampurkan, dicatat hasil
yang diperoleh. Pada indera penciuman: disiapkan alat dan bahan yang digunakan,
ditutup mata probandus, dilakukan uji penciuman pada masing-masing probandus
dengan mendekatkan ke indera penciuman, dicatat hasil yang diperoleh. Dan pada
indera penglihatan: disiapkan alat dan bahan, di uji setiap probandus dengan
cara membaca isi kertas bintik buta, diuji probandus dengan membaca membaca
bintik buta dalam jarak jauh dan dekat, dicatat hasil yang diperoleh.
Pada
percobaan diperoleh hasil yaitu pada pengujian terhadap indera pengecap (lidah)
probandus I mengidentifikasi rasa pahit, manis, pedas, dan asam; probandus II
mengidentifikasi rasa pedas; probandus III mengidentifikasi rasa manis;
probandus IV mengidentifikasi rasa asam; probandus V mengidentifikasi rasa
manis; dan probandus VI mengidentifikasi rasa manis. Pada pengujian terhadap
indera penciuman (hidung) probandus Nisa mengidentifikasi buah durian dengan
aroma tajam, probandus Arti mengidentifikasi terasi dengan aroma menyengat,
probandus Andi Ayu mengidentifikasi fresh care dengan aroma aromatik, probandus
Filik mengidentifikasi durian dengan aroma tajam, probandus Yuri
mengidentifikasi cuka dengan aroma asam. Pada pengujian terhadap indera
penglihatan (mata) probandus Nunu dibagian mata kanan uji I, II, dan III
masing-masing berjarak 27 cm, 26 cm, dan 23,5 cm sedangkan dibagian mata kiri
uji I, II, dan III masing-masing berjarak 26 cm, 25 cm, dan 21 cm serta
rata-rata pada mata kanan 60,83 cm dan mata kiri 58 cm; probandus Fajar
dibagian mata kanan uji I, II, dan III masing-masing berjarak 23 cm, 25,5 cm,
dan 24 cm sedangkan dibagian mata kiri uji I, II, dan III masing-masing
berjarak 24,5 cm, 24,5 cm, dan 24 cm serta rata-rata pada mata kanan 56,5 cm
dan mata kiri 55,5cm; probandus Muji dibagian mata kanan uji I, II, dan III
masing-masing berjarak 40,5 cm, 42 cm, dan 55 cm sedangkan dibagian mata kiri
uji I, II, dan III masing-masing berjarak 49,5 cm, 49,5 cm, dan 45 cm serta
rata-rata pada mata kanan 100,83 cm dan mata kiri 44 cm; dan probandus Masni
dibagian mata kanan uji I, II, dan III masing-masing berjarak 22 cm, 42 cm, dan
31 cm sedangkan dibagian mata kiri uji I, II, dan III masing-masing berjarak 25
cm, 25 cm, dan 38 cm serta rata-rata pada mata kanan 74,33 cm dan mata kiri
66,67 cm.
Pada
pengamatan indera pengecap, pengecapan
probandus pada sampel paria yaitu pahit. Pengecapan probandus pada sampel jeruk
yaitu manis. Pengecapan probandus pada sampel apel yaitu manis. Pengecapan probandus pada sampel bon cabe yaitu pedas.
Pengecapan probandus pada sampel belimbing yaitu asam. Pengecapan probandus
pada sampel mangga yaitu asam. Sedangkan, pengecapan probandus pada sampel
coklat yaitu manis. Berdasarkan literatur dapat dibandingkan bahwa pada lidah
memang terdapat 4 (empat) rasa pada tiap bagian lidah, yaitu rasa pahit, asin,
asam, dan manis.
Pada
pengamatan indera pembau, probandus Nisa menggunakan buah durian dengan bau
yang sangat tajam. Probandus Arti menggunakan sampel terasi dengan bau yang
sangat menyengat. Probandus Ayu menggunakan sampel freshcare dengan bau yang
tajam. Probandus Filik menggunakan sampel durian dengan bau yang sangat tajam.
Sedangkan, probandus Yuri menggunakan sampel
cuka dengan bau asam. Berdasarkan hasil literatur dapat dibandingkan bahwa
seseorang yang dapat mencium bau dengan benar dapat disimpulkan bahwa seseorang
tersebut memiliki indera penbau yang baik.
Adapun hasil
yang diperoleh dari literatur yaitu menyatakan bahwa cara kerja atau metode
serta hasil pengujian yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang ada pada
literatur seperti misalnya pada pengujian indera penglihatan (mata), pada
literatur dikatakan bahwa hasil penglihatan bagian mata kiri dan kana berbeda
dan memiliki rata-rata penglihatan yang berbeda pula. Dan pada pengujian indera
penciuman (hidung) menyatakan bahwa dalam indera pembau terdapat bagian-bagian
yang mengolah aroma yang dihirup yang kemudian diteruskan ke otak untuk
diterjemahkan. Serta pada pengujian indera pengecap menyatakan bahwa lidah
sebagai indera pengecap memiliki bagian-bagian yang telah difungsikan untuk
mendeteksi rasa tertentu misalnya ujung lidah dapat mendeteksi rasa manis,
pangkal lidah dapat mendeteksi rasa pahit, dan tepi lidah bagian depan
mendeteksi rasa asin sedangkan bagian tepi dalam mendeteksi ras asam. Ketiga
pengujian memperoleh hasil yang sesuai baik dari segi pengetahuan maupun dari
literatur karena sistem indera yang diuji bekerja dengan baik. Perbedaan yang
terletak antara literatur dengan hasil pengujian yaitu jenis bahan yang
digunakan dalam percobaan.
Adapun faktor-faktor yang dapat memicu
terjadinya kesalahan dalam percobaan yang dilakukan yaitu berupa metode kerja
pengujian yang tidak sesuai dan adanya kerusakan fungsi dari organ indera yang
diujikan.
Adapun
ayat yang berhubungan pada percobaan ini, yaitu dalam surah Al-Mulk ayat 3:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ
الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ
Artinya : ”Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang”.
Adapun
hubungan percobaan dalam bidang farmasi yaitu karena dalam bidang farmasi juga
diperlukan pengetahuan mengenai sistem indera yang berhubungan dengan pemerian
obat dan mekanisme kerja obat terhadap sistem indera tersebut.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa manusia
memiliki sistem indera berupa indera penglihatan (mata), penciuman, (hidung),
pengecapan (lidah), pendengaran (telinga), dan peraba (kulit) yang
masing-masing terdiri dari organ tertentu dan mekanisme kerja tertentu pula,
serta terdapat kelainan-kelainan atau penyakit yang dapat timbul pada sistem
indera manusia.
B. Kritik dan Saran
1.
Asisten
Sebaiknya dalam praktikum kinerjan tiap
asisten dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan untuk mencapai tujuan
dilakukannya praktikum.
2. Laboratorium
Sekira penyedian alat dan
bahan praktikum dapat dilengkapi agar praktikum yang dilakukan memperoleh hasil
yang diinginkan.
KEPUSTAKAAN
Arrington, L.
1972. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang:
Media Prasetya.
Dalimartha,
Setiawan. 2003. Atlas Trumbuhan Obat
Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara.
Hariana, A. H. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Moriwaki, K. 1994. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta:
EGC.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulaksono. 1987. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
1 komentar:
izin ngutip kak
Posting Komentar