Senin, 01 Juni 2015

Laporan Lengkap Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia "Sistem Indera" Jurasan Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu diciptakan dengan sistem indera yang digunakan yang lengkap untuk mampu berinteraksi dengan keadaan lingkungan sekitar, yang dapat diperoleh melalui indera, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Informasi tersebut dihantarkan ke otak untuk diolah dan diartikan sehingga individu dapat melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Jadi, masing-masing alat indra memiliki kepekaan terhadap rangsangan dari luar yang disebut reseptor (Setiadi, 2007: 209).
Alat indera kita memiliki bagian yang dapat menerima rangsang berupa ujung-ujung saraf sensorik atau sel-sel reseptor. Satu macam reseptor hanya mampu menanggapi satu macam  rangsangan, rangsangan yang diterima oieh sel reseptor terlebih dulu diubah menjadi impuls saraf dan  kemudian dihantarkan ke pusat susunan saraf melalui serabut saraf sensorik. Di dalam pusat susunan saraf, impuls saraf tersebut diolah dan diartikan sehingga individu mengetahui apa yang terjadi di sekitar kita. Setelah itu, otak memerintahkan jenis tanggapan yang akan diberikan. Perintah dari otak disampaikan ke otot atau kelenjar sebagai efektor yang bertugas memberi tanggapan terhadap rangsang tersebut (Setiadi, 2007: 209).
Tubuh manusia mempunyai indera yang berfungsi sebagai reseptor atau penerima rangsangan dari lingkungan sekitar. Manusia mempunyai lima macam indera yaitu indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman/pembau (hidung), indera pengecap (lidah), dan indera peraba (kulit) (Setiadi, 2007: 209).
Adapun hubungan percobaan dalam bidang farmasi yaitu karena dalam bidang farmasi juga diperlukan pengetahuan mengenai sistem indera yang berhubungan dengan pemerian obat dan mekanisme kerja obat terhadap sistem indera tersebut.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem indera.
2. Tujuan Percobaan
a.    Mengetahui bagian-bagian organ dari setiap sistem indera.
b.    Mengetahui proses impuls dari organ-organ sistem indera.
c.    Mengetahui penyakit-penyakit yang timbul pada sistem indera.
C. Prinsip Percobaan
     1. Indera Penglihatan
Penentuan bintik  buta dengan menggunakan sebuah kertas yang telah ditandai dengan tanda titik        dan tanda silang        .Dimana jarak antara kertas dengan probandus meningkat secara perlahan-lahan.
2. Indera Pengecap
            Penentuan rasa dari bahan percobaan yang diujikan kepada probandus dalam keadaan mata tertutup.
3. Indera Pembau
            Penentuan aroma dari bahan percobaan yang diujikan kepada probandus dalam keadaan mata tertutup.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Teori Umum
Sistem indera pada manusia dibagi menjadi :
1.    Indera Penglihatan (Mata)
                        Mata adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya. Bola mata terletak di dalam rongga mata dan beralaskan lapisan lemak. Bola mata dapat bergerak dan diarahkan kesuatu arah dengan bantuan tiga otot penggerak mata, yaitu (Arrington, 1972: 139) :
Ø  Muskulus rektus okuli medial (otot di sekitar mata), berfungsi menggerakkan bola mata.
Ø  Muskulus obliques okuli inferior, berfungsi menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
Ø  Muskulus obliques okuli superior, berfungsi memutar mata ke atas dan ke bawah.
Selain itu, ada otot mata yang berfungsi menutup mata dan mengangkat kelopak mata. Otot yang berfungsi untuk menutup mata yaitu muskulus orbikularis okuli dan muskulus rektus okuli inferior. Sedangkan otot mata yang berfungsi mengangkat kelopak mata, yaitu muskulus levator palpebralis superior (Arrington, 1972: 139). 
Bola mata tersusun oleh selaput mata yang terdiri atas tiga lapisan, yaitu sklera atau selaput putih, koroid atau selaput hitam, dan selaput  retina atau selaput jala.
a.         Selaput putih
Selaput putih (sklera) adalah bagian luar dari bola mata yang tersusun dari zat tanduk dan merupakan lapisan yang kuat dan berwarna putih. Fungsi dari selaput ini adalah melindungi struktur mata yang sangat halus dan membantu mempertahankan bentuk biji mata s klera akan membentuk kornea. Kornea adalah lapisan bening dan transparan yang berfungsi menerima cahaya yang masuk ke mata, kornea dilindungi oleh selaput tipis yang disebut konjungtiva. Kornea juga akan selalu dibasahi oleh air mata.
b.         Selaput hitam           
Selaput hitam (koroid) merupakan lapisan tengah dari bola mata yang banyak mengandung pembuluh darah. Fungsi dari selaput ini adalah memberi nutrisi dan oksigen ke mata serta menyerap cahaya dan mengurangi cahaya yang memantul di sekitar mata bagian dalam.
            Pupil adalah celah yang berada di bagian tengah iris. Fungsinya adalah untuk mengatur  intensitas cahaya yang masuk ke mata. Jika cahaya redup, otot-otot iris berkontraksi sehingga celah pupil melebar dan cahaya yang masuk ke mata lebih banyak. Sebaliknya,  jika cahaya terang celah pupil akan menyempit dan cahaya yang masuk ke mata lebih sedikit atau tidak berlebihan.
            Lensa mata berada di belakang  iris, lensa mata memiliki daya akomodasi yaitu kemampuan untuk mencembung (menebal) dan mencekung (menipis). Mencembung dan mencekungnya lensa mata ditentukan oleh jarak benda yang dilihat. Jarak benda yag dapat dilihat oleh mata normal dengan jelas disebut dengan titik dekat mata. Sedangkan jarak terjauh yang masih dapat dilihat oleh mata normal dengan jelas disebut titik jauh mata. Jarak titik jauh pada mata normal adalah tak terhingga.
c.         Selaput jala
Selaput jala disebut juga retina,  retina adalah lapisan paling dalam pada mata yang peka terhadap cahaya. Retina ini memiliki sel-sel saraf,  pada retina terdapat bintik kuning dan bintik buta. Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap cahaya karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk cerucut dan batang. Seseorang bisa melihat apabila bayangan jatuh pada titik ini. Pada bintik kuning terdapat sel kerucut dan sel batang. Fungsi dari sel kerucut dan sel batang (Arrington, 1972: 142) :
1)   Sel kerucut berfungsi untuk melihat di tempat yang terang, sel ini memerlukan protein iodopsin.
2)   Sel batang berfungsi untuk melihat di tempat yang gelap, sel ini memerlukan protein mata yang disebut rodopsin. Rodopsin dapat terbentuk apabila terjadi penggabungan iodopsin dan vitamin A.
Bintik buta adalah bintik pertemuan saraf-saraf atau tempat keluarnya saraf mata menuju otak. Bintik buta tidak mengandung sel batang dan sel kerucut sehingga tidak dapat menanggapi rangsangan cahaya (Arrington, 1972: 142).
Mekanisme kerja penglihatan yaitu mata bisa melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut ke mata. Jika tidak ada cahaya yang dipantulkan benda, maka mata tidak bisa melihat benda tersebut. Proses mata melihat benda adalah sebagai berikut (Moriwaki, 1994: 257) :
a. Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap oleh mata, menembus kornea dan diteruskan melalui pupil.
b. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan menembus lensa mata.
c. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh tepat di bintik kuning.
d. Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel batang, kemudian disampaikan ke otak.
e. Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehinga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.
2. Indera Pendengaran dan Keseimbangan (Telinga)
Telinga merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa gelombang suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia (Pearce, 2009: 325).
a. Bagian-bagian telinga (Pearce, 2009: 325) :
Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.
1. Telinga bagian luar
Telinga bagian luar terdiri atas:
§   Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
§   Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi menyalurkan getaran.
§   Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang masuk sebagai pembawa gelombang suara.
§   Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi menerima dan memperbesar getaran suara.
2. Telinga bagian tengah
§   Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani. Fungsi dari telinga bagian tengah adalah untuk meneruskan getaran dari suara telinga bagian luar ke telinga bagian dalam. Pada telinga tengah terdapat saluran Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
§   Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan udara di telinga tengah sehingga tekanan udara di luar dan di dalam akan sama. Keseimbangan tekanan ini akan menjaga gendang telinga supaya tidak rusak. Saluran ini akan tertutup dalam keadaan biasa, dan akan terbuka jika kita menelan sesuatu.
§   Tulang pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan memperbesar getaran ke telinga bagian dalam. Tulang pendengaran ada tiga, yaitu tulang martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi.  Tulangtulang ini menghubungkan gendang telinga dan tingkap jorong.
3. Telinga bagian dalam
  • Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat pendengaran oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai berikut.
§   Tingkap jorong, berfungsi menerima dan menyampaikan getaran.
§   Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar, dan  menyampaikan getaran suara ke saraf pendengaran. Di dalam saluran rumah sifut terdapat cairan limfe dan terdapat ujung-ujung saraf pendengaran.
§    Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi sebagai alat untuk mengetahui posisi tubuh dan menjaga keseimbangan.
b. Mekanisme kerja pendengaran
Suara yang kita dengar akan ditangkap oleh daun telinga, kemudian sampai ke gendang telinga sehingga membuat gendang telinga bergetar. Getaran ini diteruskan oleh tiga tulang pendengaran ke tingkap jorong dan diteruskan ke rumah siput. Di dalam rumah siput, cairan limfe akan bergetar sehingga meransang ujung-ujung saraf pendengaran dan menimbulkan impuls saraf yang ditujukan ke otak (Pearce, 2009: 330).
Di dalam otak, impuls tersebut akan diolah sehingga kita bisa mendengar dan mengenali suara tersebut.
Selain sebagai indera pendengar, telinga juga berfungsi sebagai indera keseimbangan. Letak indera keseimbangan terdapat di dalam ampula, yaitu pangkal dari tiga saluran setengah lingkaran yang menggembung. Di dalam ampula terdapat sel-sel rambut yang peka terhadap gravitasi. Bila kepala menggeleng, arah sel-sel rambut berubah. Perubahan ini diterima oleh sel-sel saraf kemudian diteruskan ke otak.
c. Gangguan pada Telinga
Ada dua penyebab gangguan telinga, yaitu gangguan penghantar bunyi dan gangguan saraf. Gangguan telinga yang disebabkan oleh gangguan saraf dan gangguan penghantar bunyi bisa diatasi menggunakan alat pendengaran buatan. Alat ini mampu memperbesar gelombang suara sebelum suara masuk ke telinga. Ada bermacam gangguan telinga, yaitu (Pearce, 2009: 335) :
1.                   Tuli, tuli ada dua macam yaitu:
§     Tuli konduktif, terjadi karena gangguan transmisi suara ke dalam koklea misalnya kotoran yang menumpuk, nanah yang memenuhi telinga tengah pada peradangan menimbulkan kerusakan pada tulang- tulang pendengaran.
§     Tuli saraf, bila terjadi kerusakan koklea atau saraf pendengaran.
Ganguan telinga disebabkan oleh luka pada telinga bagian luar yang telah terinfeksi atau otitis sehingga mengeluarkan nanah. Gangguan ini dapat bersifat permanent jika terjadi infeksi yang sangat parah. Penderita ini harus segera memeriksakan telinganya pada dokter supaya bisa cepat disembuhkan. Penumpukan kotoran sehingga menghalangi getaran suara untuk sampai ke gendang telinga. Oleh karena itu, kita harus membersihkan telinga dari kotoran dengan kapas minimal satu kali dalam seminggu.
2.                  Kerusakan gendang telinga, misalnya gendang telinga pecah 
Pecahnya gendang telinga bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu kapasitas suara yang didengar terlalu kuat dan terkena suatu benda yang tajam, misalnya membersihkan telinga dengan peniti atau lidi sehingga menyentuh gendang telinga dan menyebabkan gendang telinga menjadi sobek. Gendang telinga sangat tipis sekali.
Ø  Otosklerosis, adalah kelainan pada tulang sanggurdi yang ditandai dengan gejala tinitus (dering pada telinga) ketika masih kecil.
Ø  Presbikusis, adalah perusakan pada sel saraf telinga yang terjadi pada usia manula.
Ø  Rusaknya reseptor pendengaran pada telinga bagian dalam akibat dari mendengarkan suara yang amat keras.
3. Indera penciuman/pembau (Hidung)
Hidung adalah alat indera yang menanggapi rangsangan berupa bau  atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung. Daerah yang sensitif terhadap bau terletak pada bagian atap rongga hidung. Pada daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel sebagai berikut (Hau, 2003: 109) :
1.        Sel penyokong berupa epitel-epitel.
2.         Sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel saraf.
Sel-sel pembau mempunyai ujung dendrit berbentuk rambut. Adaptasi terhadap bau-bauan mula-mula berjalan cepat dalam 2 – 3 detik, tetapi kemudian berjalan lebih lambat. Keistimewaan indera pembau manusia adalah dapat membaui sesuatu walau kadarnya di udara sangat sedikit. Beberapa hewan memiliki indera pembau yang lebih sensitif karena mempunyai reseptor pembau lebih banyak.
Pada saat kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke dalam hidung kita. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian akan meransang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsangan ini ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
Gangguan pada hidung biasanya disebabkan oleh radang atau sakit pilek yang menghasilkan lendir atau ingus sehingga menghalangi bau mencapai ujung saraf pembau. Gangguan lain juga bisa disebabkan oleh adanya kotoran pada hidung dan bulu hidung yang terlalu banyak. Kita harus selalu membersihkan hidung dari kotoran dan merapikan bulubulunya supaya penciuman kita tidak terganggu. Indera pembau pada hidung dapat mengalami kelainan, antara lain (Hau, 2003: 111) :
1) Anosmia, ialah tidak dapat mencium bau. Dapat disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung karena polip atau tumor, atau reseptor pembau rusak karena infeksi virus.
2) Influenza, karena virus flu yang menyebabkan tersumbatnya rongga hidung sehingga menyebabkan kemampuan membaui dan mengecap berkurang.
4. Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia larutan. Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat reseptor yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bagian berbentuk bundar yang terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor (Pearce, 2009: 310).
Ganguan yang bersifat permanent misalnya terjadi padan orang yang mengalami trauma pada bagian tertentu otak. Pada lidah juga sering terjadi iritasi karena luka atau kekurangan vitamin C (Pearce, 2009: 311).
5.  Indera Peraba (Kulit)
Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung saraf sebagai reseptor  peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit. Kepekaan tersebut disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf yang ada pada  kulit. Biasanya ujung saraf indera peraba ada dua macam, yaitu ujung saraf bebas yang mendeteksi rasa nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang berselaput (berpapilia). Sel peraba juga terdapat pada pangkal rambut. Sehingga bila rambut yang muncul di permukaan kulit tersentuh oleh suatu benda, sel-sel saraf akan terangsang (Sulaksono, 1987: 87).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas, pada orang dewasa luasnya sekitar 1,9 m2. Meskipun seluruh permukaan kulit mempunyai reseptor peraba, keberadaan ujung-ujung saraf ini tidak merata pada berbagai alat tubuh. Permukaan kulit yang mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba ialah ujung jari telunjuk, telapak tangan, telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan. Oleh karena itu daerah-daerah ini sangat peka terhadap rangsangan berupa sentuhan. Seorang tuna netra memanfaatkan kepekaan indera perabanya untuk membaca huruf Braille (Sulaksono, 1987: 87).
Kulit dapat mengalami gangguan dan kelainan. Kelainankelainan pada kulit antara lain (Sulaksono, 1987: 87) :
1) Jerawat (acne) Ialah suatu peradangan dari kelenjar sebasea terutama di daerah wajah, leher, dada, dan punggung. Biasanya jerawat terjadi sewaktu pubertas karena waktu pubertas terjadi perubahan komposisi hormon. Hormon akan merangsang pertumbuhan dan aktivitas kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea memproduksi lemak bersama keringat. Lemak merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
2) Dermatitis, ialah suatu peradangan pada permukaan kulit yang biasanya terasa gatal dengan tanda-tanda merah, bengkak, melepuh, dan berair. Ini dapat disebabkan terkena zat kimia (karbol, sabun, cat rambut, dan lainlain) atau berkaitan dengan kondisi tubuh.
B. Uraian Bahan
1. Apel                     (Dalimartha, 2003: 10)
Regnum             : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta
Sub divisi           : Dicotyledonae
          Class                  : Dicotyledonae
Sub class            : Diallypetalae
Ordo                  : Rosales         
          Family                : Rosaceae
          Genus                : Phyrus
          Spesies               : Phyrus malus
2. Belimbing             (Dalimartha, 2003: 23)
Regnum             : Plantae
          Divisi                 : Spermatophyta
          Sub divisi           : Dicotyledonae
          Class                  : Dicotyledonae
          Sub class            : Diallypetalae
          Ordo                  : Geranlales
          Family                : Oxalidaceae
          Genus                : Averrhoa
          Spesies               : Averrhoa bilimbi
3.    Coklat                 (Dalimartha, 2003: 33)
Regnum             : Plantae
          Division             : Spermatophyta
          Sub division       : Angiospermaae
          Class                  : Dicotyledonae
          Sub class            : Diallypetalae
          Ordo                  : Malvales
          Family                : Sterculiaceae
          Genus                : Theobroma
          Spesies               : Theobroma cacao L.
4.    Jeruk                    (Dalimartha, 2003: 15)
Regnum             : Plantae
          Division             : Spermatophyta
          Sub division       : Angiospermaae
          Class                  : Dicotyledonae
          Sub class            : Diallypetalae
          Ordo                  : Sapindales
          Family                : Rudaceae
          Genus                : Citrus
          Spesies               : Citrus sinensis
5.    Lengkeng             (Dalimartha, 2003: 57)
Regnum             : Plantae
          Division             : Spermatophyta
          Sub division       : Angiospermaae
          Class                  : Dicotyledonae
          Sub class            : Diallypetalae
          Ordo                  : Sapindales
          Family                : Sapindaceae
          Genus                : Euphoria
          Spesies               : Euphoria sinensis
6.    Pare                      (Dalimartha, 2003: 77)
Regnum             : Plantae
          Division             : Spermatophyta
          Sub division       : Angiospermaae
          Class                  : Dicotyledonae
          Sub class            : Diallypetalae
          Ordo                  : Violales
          Family                : Cucurbitaceae
          Genus                : Momordica
          Spesies               : Momordica charantia L.
















BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1.      Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mistar, karton, dan piring.
2.      Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah apel, buah belimbing, buah coklat, buah jeruk, buah lengkeng, buah mangga, buah pare, pancake durian, fresh care, kopi, bon cabe, cuka, dan terasi.
B. Cara Kerja
1. Indra Pengecapan
a.    Disiapkan alat dan bahan
b.    Diambil semua bahan yang telah diletakkan dalam piring
c.    Dicampurkan semua bahan secara merata
d.   Probandus mengecap bahan yang telah dicampurkan
e.    Dicatat hasil yang diperoleh
2. Indera penciuman
a.    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.    Ditutup mata probandus
c.    Dilakukan uji penciuman pada masing-masing probandus dengan mendekatkan
d. Dicatat hasil yang diperoleh
3. Indera penglihatan      
a.  Disiapkan alat dan bahan
b. Diuji setiap probandus dengan cara membaca isi kertas bintik buta
c. Diuji probandus dengan membaca membaca bintik buta dalam   jarak jauh dan dekat
d. Dicatat hasil yang diperoleh

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel pengamatan                                                                                                
            1. Indera pengecap (Lidah)
No.
Sampel
Probandus
Rifdah
Asmira
Bajiah
Fajar
Assadira
Jumasni
1.
Pare
+





2.
Kopi






3.
Jeruk


++

++
++
4.
Lengkeng






5.
Apel
++





6.
Bon cabe
+++
+++




7.
Belimbing



++++


8.
Mangga
++++





9.
Coklat





++
Ket :    +          : Pahit
                        ++        : Manis
                        +++     : Pedas
                        ++++   : Asam
                        +++++ : Asin
            2. Indera Penciuman (Hidung)
No.
Probandus
Sampel
Keterangan
Durian
Cuka
Terasi
 Fresh care
1.
Anisa Amir



Tajam
2.
Hartina A.



Menyengat
3.
Andi Ayu



Aromatik
4.
Filik A.



Tajam
5.
Yuri Erika



Asam 

3.      Indera Penglihatan (Mata) 
No.
Probandus
Mata Kanan (cm)
Mata Kiri (cm)
Rata-rata (mata)
I
II
III
I
II
III
Kanan
Kiri
1.
Nur Rahmah
27
26
23,5
26
25
21
60,83
58
2.
Fajar Amrah
23
25,5
24
24,5
24,5
24
56,5
55,5
3.
Mujizari
40,5
42
55
49,5
49,5
45
100,83
44
4.
Jumasni
22
42
31
25
25
38
74,33
66,67

B. Pembahasan
Tubuh manusia mempunyai panca indra, yaitu mata, telinga, kulit, lidah, dan hidung. Dengan memiliki indra tersebut, maka manusia mampu mengenal lingkungannya dan memberikan respons terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tersebut (Arrington, 1972: 138).
            Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organisme mrmiliki reseptor sebagai lat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar (Arrington, 1972: 138).
Reseptor diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya (Arrington, 1972: 139-140) :
  • Kemoreseptor berfungsi sebagai penerima rangsang zat kimia, contohnya bau dan rasa.
  • Fotoreseptor berfungsi sebagai penerima rangsangan cahaya yang berupa energi elektromagnetik.
  • Audioreseptor berfungsi sebagai penerima rangsangan suara.
  • Mekanoreseptor berfungsi sebagai penerima rangsangan fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran.
  • Eksoreseptor berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar.
  • Interoreseptor berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh. Interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia.
Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam, yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra peraba (kulit), indra pengecap (lidah), indra pembau (hidung) (Arrington, 1972: 139-140).
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap tiga alat indera yaitu indera pengecapan (lidah), indera penglihatan (mata), dan indera penciuman (hidung). Dimana pada pengujian terhadap indera pengecapan (lidah) dilakukan pengujian dengan cara menentukan rasa, dan indera penciuman (hidung) dilakukan pengujian dengan cara menentukan aroma, serta pada pengujian terhadap indera penglihatan (mata) dilakukan pengujian bintik buta.
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mistar dan kertas. Dan bahan yang digunakan dalam percobaan yaitu buah apel, belimbing, bon cabe, cuka, coklat, durian, freshcare, jeruk, kopi, lengkeng, mangga, paria, dan terasi.
            Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pada indra pengecapan: disiapkan alat dan bahan, diambil semua bahan yang kemudian diletakkan dalam piring, dicampurkan semua bahan secara merata, probandus mengecap bahan yang telah dicampurkan, dicatat hasil yang diperoleh. Pada indera penciuman: disiapkan alat dan bahan yang digunakan, ditutup mata probandus, dilakukan uji penciuman pada masing-masing probandus dengan mendekatkan ke indera penciuman, dicatat hasil yang diperoleh. Dan pada indera penglihatan: disiapkan alat dan bahan, di uji setiap probandus dengan cara membaca isi kertas bintik buta, diuji probandus dengan membaca membaca bintik buta dalam jarak jauh dan dekat, dicatat hasil yang diperoleh.
Pada percobaan diperoleh hasil yaitu pada pengujian terhadap indera pengecap (lidah) probandus I mengidentifikasi rasa pahit, manis, pedas, dan asam; probandus II mengidentifikasi rasa pedas; probandus III mengidentifikasi rasa manis; probandus IV mengidentifikasi rasa asam; probandus V mengidentifikasi rasa manis; dan probandus VI mengidentifikasi rasa manis. Pada pengujian terhadap indera penciuman (hidung) probandus Nisa mengidentifikasi buah durian dengan aroma tajam, probandus Arti mengidentifikasi terasi dengan aroma menyengat, probandus Andi Ayu mengidentifikasi fresh care dengan aroma aromatik, probandus Filik mengidentifikasi durian dengan aroma tajam, probandus Yuri mengidentifikasi cuka dengan aroma asam. Pada pengujian terhadap indera penglihatan (mata) probandus Nunu dibagian mata kanan uji I, II, dan III masing-masing berjarak 27 cm, 26 cm, dan 23,5 cm sedangkan dibagian mata kiri uji I, II, dan III masing-masing berjarak 26 cm, 25 cm, dan 21 cm serta rata-rata pada mata kanan 60,83 cm dan mata kiri 58 cm; probandus Fajar dibagian mata kanan uji I, II, dan III masing-masing berjarak 23 cm, 25,5 cm, dan 24 cm sedangkan dibagian mata kiri uji I, II, dan III masing-masing berjarak 24,5 cm, 24,5 cm, dan 24 cm serta rata-rata pada mata kanan 56,5 cm dan mata kiri 55,5cm; probandus Muji dibagian mata kanan uji I, II, dan III masing-masing berjarak 40,5 cm, 42 cm, dan 55 cm sedangkan dibagian mata kiri uji I, II, dan III masing-masing berjarak 49,5 cm, 49,5 cm, dan 45 cm serta rata-rata pada mata kanan 100,83 cm dan mata kiri 44 cm; dan probandus Masni dibagian mata kanan uji I, II, dan III masing-masing berjarak 22 cm, 42 cm, dan 31 cm sedangkan dibagian mata kiri uji I, II, dan III masing-masing berjarak 25 cm, 25 cm, dan 38 cm serta rata-rata pada mata kanan 74,33 cm dan mata kiri 66,67 cm.
Pada pengamatan  indera pengecap, pengecapan probandus pada sampel paria yaitu pahit. Pengecapan probandus pada sampel jeruk yaitu manis. Pengecapan probandus pada sampel apel yaitu manis. Pengecapan  probandus pada sampel bon cabe yaitu pedas. Pengecapan probandus pada sampel belimbing yaitu asam. Pengecapan probandus pada sampel mangga yaitu asam. Sedangkan, pengecapan probandus pada sampel coklat yaitu manis. Berdasarkan literatur dapat dibandingkan bahwa pada lidah memang terdapat 4 (empat) rasa pada tiap bagian lidah, yaitu rasa pahit, asin, asam, dan manis.
Pada pengamatan indera pembau, probandus Nisa menggunakan buah durian dengan bau yang sangat tajam. Probandus Arti menggunakan sampel terasi dengan bau yang sangat menyengat. Probandus Ayu menggunakan sampel freshcare dengan bau yang tajam. Probandus Filik menggunakan sampel durian dengan bau yang sangat tajam. Sedangkan, probandus Yuri  menggunakan sampel cuka dengan bau asam. Berdasarkan hasil literatur dapat dibandingkan bahwa seseorang yang dapat mencium bau dengan benar dapat disimpulkan bahwa seseorang tersebut memiliki indera penbau yang baik.
Adapun hasil yang diperoleh dari literatur yaitu menyatakan bahwa cara kerja atau metode serta hasil pengujian yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang ada pada literatur seperti misalnya pada pengujian indera penglihatan (mata), pada literatur dikatakan bahwa hasil penglihatan bagian mata kiri dan kana berbeda dan memiliki rata-rata penglihatan yang berbeda pula. Dan pada pengujian indera penciuman (hidung) menyatakan bahwa dalam indera pembau terdapat bagian-bagian yang mengolah aroma yang dihirup yang kemudian diteruskan ke otak untuk diterjemahkan. Serta pada pengujian indera pengecap menyatakan bahwa lidah sebagai indera pengecap memiliki bagian-bagian yang telah difungsikan untuk mendeteksi rasa tertentu misalnya ujung lidah dapat mendeteksi rasa manis, pangkal lidah dapat mendeteksi rasa pahit, dan tepi lidah bagian depan mendeteksi rasa asin sedangkan bagian tepi dalam mendeteksi ras asam. Ketiga pengujian memperoleh hasil yang sesuai baik dari segi pengetahuan maupun dari literatur karena sistem indera yang diuji bekerja dengan baik. Perbedaan yang terletak antara literatur dengan hasil pengujian yaitu jenis bahan yang digunakan dalam percobaan.
Adapun faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kesalahan dalam percobaan yang dilakukan yaitu berupa metode kerja pengujian yang tidak sesuai dan adanya kerusakan fungsi dari organ indera yang diujikan.
 Adapun ayat yang berhubungan pada percobaan ini, yaitu dalam surah Al-Mulk ayat 3:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ
Artinya : ”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang”.
Adapun hubungan percobaan dalam bidang farmasi yaitu karena dalam bidang farmasi juga diperlukan pengetahuan mengenai sistem indera yang berhubungan dengan pemerian obat dan mekanisme kerja obat terhadap sistem indera tersebut.









BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki sistem indera berupa indera penglihatan (mata), penciuman, (hidung), pengecapan (lidah), pendengaran (telinga), dan peraba (kulit) yang masing-masing terdiri dari organ tertentu dan mekanisme kerja tertentu pula, serta terdapat kelainan-kelainan atau penyakit yang dapat timbul pada sistem indera manusia.
B.   Kritik dan Saran
         1. Asisten
Sebaiknya dalam praktikum kinerjan tiap asisten dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan untuk mencapai tujuan dilakukannya praktikum.
2. Laboratorium
            Sekira penyedian alat dan bahan praktikum dapat dilengkapi agar praktikum yang dilakukan memperoleh hasil yang diinginkan.







KEPUSTAKAAN

Arrington, L. 1972. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: Media Prasetya.
Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Trumbuhan Obat Jilid  3. Jakarta: Puspa Swara.                                                                                                           
Hariana, A. H. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Moriwaki, K. 1994. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulaksono. 1987. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.



1 komentar:

Blog baru mengatakan...

izin ngutip kak

Posting Komentar